Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai, lonjakan drastis kasus Covid-19 di India diakibatkan faktor perilaku dan varian baru B1617 yang bermutasi ganda.
Hal itu perlu menjadi perhatian dan respon serius dari pemerintah Indonesia.
"Mau itu negara maju negara berkembang atau miskin kalau mengabaikan strategi mendasar 3T dan 5M setelah terjadi perburukan pandemi itu," ujar Dicky saat dikonfirmasi, Rabu (21/4/2021).
Baca juga: Tempat Tidur Pasien Covid-19 Langka, India Sulap Hotel dan Stadion untuk Kapasitas Ekstra
Baca juga: Tak Ingin Seperti India, Langkah Ini Disiapkan Pemerintah untuk Kendalikan Kasus Covid-19
Ia mengatakan, euforia India yang telah mengklaim menang melawan Covid-19 juga turut berkontribusi atas naiknya kasus aktif.
Klaim sepihak pemerintah tersebut membuat rasa aman semu di masyarakat yang kemudian didukung kebijakan pelonggaran protokol kesehatan.
"Narasi dan optimisme berlebihan ini akan sangat berbahaya karena menimbulkan rasa aman semu.
Rasa aman semua dan semua pihak abai dan terjadi pelonggaran," kata Dicky.
Selain itu, varian corona baru yang ditemukan di India yakni B1617 memiliki mutasi ganda.
Varian ini disebutkan Dicky sangat efektif merugikan dan mempercepat penularan di mana hasil riset dari Amerika B1617, 20 persen lebih menular dan 50 persen menurunkan anti body.
"Ini cukup signifikan menimbulkan perburukan situasi pandemi," ucapnya.
Ia mengatakan, potensi terjadi lonjakan kasus drastis juga mengintai Indonesia, jika semakin banyak, semakin sering, dan semakin lama semua pihak mengabaikan 3T dan 5M.
" Situasi ini jadi pelajaran penting dan harus segera direspon. Harus ada intervensi nyata bukan hanya vaksinasi, yang fundamental 3T dan 5m ini harus diperkuat," pesannya.