News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

22 Pasien Covid-19 di India Tewas Gara-gara Tangki Oksigen Bocor

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana saat tanki oksigen di India bocor. Akibatnya 22 Pasien Covid-19 di India Tewas Gara-gara Tangki Oksigen Bocor, India Darurat Layanan Kesehatan

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - 22 pasien virus corona (Covid-19) yang menggunakan ventilator di sebuah rumah sakit di India Barat meninggal saat pasokan oksigen mengalami kebocoran.

Seorang pejabat setempat, Suraj Mandhar mengatakan bahwa pasokan oksigen itu kini telah dilanjutkan ke pasien lainnya.

Sementara itu petugas pemadam kebakaran Sanjay Bairagi menjelaskan kebocoran tersebut telah dihentikan oleh Dinas Pemadam dalam waktu 15 menit.

Baca juga: 3.564 Warga Jepang Terpapar Mutan Baru Virus Corona, Paling Banyak E484K dan N501Y

Baca juga: Data Kematian di India Dianggap Tidak Sesuai Jumlah Mayat yang Dikremasi Akibat Covid-19

Sebuah tayangan televisi menunjukkan asap putih menyebar di area rumah sakit tersebut dan menyebabkan kepanikan.

Surinder Sonone, seorang polisi setempat mengatakan bahwa kebocoran terjadi pada pipa yang menghubungkan pasokan oksigen ke tangki utama di kompleks rumah sakit tersebut.

"5 dari 140 pasien Covid-19 pun terpaksa dipindahkan ke rumah sakit lain," kata Sonone.

Dikutip dari laman 9 News,Rabu (22/4/2021), Menteri Kesehatan pemerintah negara bagian Maharashtra, Rajesh Tope memerintahkan dilakukannya penyelidikan terkait kebocoran itu.

India telah melaporkan pencatatan rekor baru sebanyak 295.041 kasus Covid-19, dengan jumlah kematian harian melampaui angka 2.000 untuk kali pertama sejak dimulainya pandemi pada awal 2020.

Mirisnya, di tengah banyak rumah sakit di India yang kini mengalami kesulitan dalam penanganan pasien Covid-19, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi pada hari Selasa kemarin meminta agar pemerintah negara bagian tidak memberlakukan sistem penguncian (lockdown) yang ketat.

Karena ia berusaha menghindari kemerosotan ekonomi di sektor lainnya.

Baca juga: Data Kematian di India Dianggap Tidak Sesuai Jumlah Mayat yang Dikremasi Akibat Covid-19

Baca juga: Tsunami Covid-19, India Telah Ada Peringatan, Sejak Februari Lalu Muncul Prediksi Lonjakan Kasus

Baca juga: Gelombang Kedua Covid-19, India Kekurangan Oksigen, Tempat Tidur Pasien dan Tempat Kremasi

Perlu diketahui, lonjakan kasus di India telah memperburuk perlambatan kampanye vaksinasi secara global.

India dikenal sebagai negara produsen utama vaksin Covid-19, namun sejak melonjaknya kasus virus ini di negara itu, pengiriman vaksin secara global pun harus mengalami penundaan.

Hal itu karena pemerintah India saat ini fokus pada permintaan domestiknya.

POPULER Internasional: Ironi Kelangkaan Vaksin Covid-19 di India | Wanita Mengamuk di Pameran Mobil (Kolase Tribunnews)

Sejauh ini, India telah memberikan lebih dari 130 juta dosis vaksin kepada warganya sejak pertengahan Januari lalu.

Secara keseluruhan, negara itu telah melaporkan lebih dari 15,6 juta kasus yang dikonfirmasi, angka ini menunjukkan bahwa India menempati urutan tertinggi kedua setelah Amerika Serikat (AS).

Jumlah kematian akibat virus ini pun mencapai 182.553, seperti data yang dilaporkan pada Rabu waktu setempat.

Konsultan Paru senior di Rumah Sakit Lilavati di Mumbai, Jalil Parkar mengatakan ia harus mengubah lobinya menjadi bangsal tambahan untuk pasien Covid-19.

Pasien covid di India.

"Volumenya sangat besar, ini seperti tsunami," kata Parkar.

Hal yang sama disampaikan Direktur Pusat Dinamika Penyakit, Ekonomi dan Kebijakan di New Delhi, Ramanan Laxminarayan.

"Segalanya di luar kendali, tidak ada oksigen. Tempat tidur rumah sakit pun sulit ditemukan, bahkan tidak mungkin mendapatkan layanan tes Covid-19, anda harus menunggu lebih dari seminggu. Dan hampir setiap sistem yang digunakan dalam sistem perawatan kesehatan telah rusak," kata Laxminarayan.

PM Narendra Modi pun telah menyampaikan pidatonya di hadapan seluruh warganya pada Selasa lalu.

Baca juga: Boris Johnson Batalkan Kunjungan ke India, Saat Kasus Covid-19 Melonjak di Negara Itu

Baca juga: Gara-gara Lonjakan Covid-19 Peran India Kini Bergeser Dari Pengekspor Menjadi Importir Vaksin Massal

Ia mengakui bahwa 'pertempuran yang sangat besar' tengah dihadapi negara itu dalam melawan Covid-19.

Modi pun mengimbau seluruh negara bagian untuk menggunakan lockdown sebagai opsi terakhir mereka.

Pada hari Senin lalu, Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal memperingatkan bahwa jika lockdown tidak dilakukan, itu sama saja mengantar seluruh warga kota itu ke rumah sakit.

"Kami tidak ingin membawa Delhi ke tempat di mana pasien terbaring di koridor rumah sakit dan orang sekarat di jalan raya," kata Kejriwal.

Pada hari Selasa lalu, ia telah memperingatkan bahwa beberapa rumah sakit di New Delhi hanya memberikan oksigen selama beberapa jam saja.

Petugas membersihkan diri dengan disinfektan usai melakukan kremasi mayat korban covid-19.

Hal itu karena pihak berwenang bergegas untuk mengubah kompleks olah raga, ruang pertemuan, hotel hingga sekolah menjadi pusat perawatan ekstra yang sangat dibutuhkan.

Ini dilakukan untuk menambah kapasitas 6000 tempat tidur tambahan di dalam fasilitas-fasilitas itu.

"Sistem kesehatan kita sudah mencapai batasnya, saat ini kita dalam keadaan tertekan, memang belum ambruk tapi kita sudah dalam tahap kewalahan. Setiap sistem perawatan kesehatan memiliki batasannya sendiri, tidak ada sistem yang dapat menampung pasien tanpa batas," tegas Kejriwal.

Dengan adanya kekurangan yang dilaporkan terjadi di seluruh negeri, para pemimpin lokal dan negara bagian pun mengimbau pemerintah federal untuk menyediakan lebih banyak oksigen dan obat-obatan.

Modi tampaknya menjawab permintaan tersebut pada hari Selasa lalu, ia mengumumkan rencana pengiriman 100.000 silinder oksigen secara nasional, membangun pabrik produksi oksigen baru, dan menyediakan rumah sakit yang didedikasikan untuk para pasien Covid-19.

Namun para ahli memiliki kekhawatiran bahwa fasilitas penunjang perawatan pasien Covid-19 itu masih terlalu sedikit dan terlalu terlambat.

Karena menurut mereka, pasien positif Covid-19 kini tengah bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dan momen pertemuan massal yang masih dilakukan banyak warga India berpotensi menyebarkan virus ini lebih jauh.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini