TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, 10 kasus positif Covid-19 yang ditemukan di Indonesia baru-baru ini merupakan penularan dari varian baru B.1.1.7.
Kemenkes memastikan bahwa tidak ada satu pun dari 10 kasus tersebut yang terpapar varian mutasi ganda B.1.617. "Ini Bapak (Menkes) cerita (seluruhnya) B.1.1.7 yang kemarin ditemukan," ujar Nadia, Senin (26/4).
Informasi Nadia ini memperjelas pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di hari yang sama, yang mengungkapkan bahwa tercatat 10 orang di Indonesia yang terpapar varian baru virus penyebab Covid-19.
Baca juga: Stok Vaksin Covid-19 Tersedia 20 Hari ke Depan, Ada Tambahan Sinovac dan AstraZeneca
Menurut Budi, varian mutasi baru ini sama dengan yang ada di India dan menyebabkan lonjakan kasus di negara itu. "Soal mutasi virus baru yang menyebabkan kasus di India meningkat, bahwa virus itu juga sudah masuk di Indonesia. Ada 10 orang yang sudah terkena virus tersebut," ujar Budi, usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, kemarin.
Budi tidak menyebutkan secara spesifik mutasi dengan varian yang dimaksudnya. Ia hanya mengatakan, enam orang tertular dari luar ngeri dan empat lainnya merupakan transmisi local.
“Ini yang perlu kita jaga. Dua orang di Sumatera, satu orang di Jawa Barat, dan satu orang di Kalimantan Selatan. Ini yang kita perlu jaga,” katanya.
Baca juga: Cegah Penularan COVID-19, Ketua Satgas Ajak Masyarakat Mudik Secara Virtual
Menkes mengingatkan agar provinsi lain meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman penularan virus baru ini.
"Jadi untuk provinsi-provinsi di Sumatera, di Jawa Barat dan Kalimantan, kita akan menjadi lebih sangat hati-hati untuk selalu mengontrol, apakah ada mutasi baru atau tidak," jelasnya.
Siti Nadia mempertegas bahwa 10 kasus positif Covid-19 tersebut merupakan varian B.1.17, bukan B.1.617.
Baca juga: Kasus Covid-19 di India Meroket, Orang-orang Kaya Sewa Jet untuk Tinggalkan Negara
Varian B.1.1.7 ini diketahui lebih menular hingga 70 persen dibandingkan dengan varian awal virus corona yang ditemukan di Wuhan, China. Varian B.1.1.7 telah dilaporkan di banyak negara di dunia, sejak kali pertama ditemukan di Inggris dan merupakan mutasi pertama dari virus SARS-CoV-2 ini.
Mutasi pertama itu muncul di London, Inggris, pada September 2020, setelah ditemukan beberapa orang yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan virus corona yang menginfeksinya tampak berbeda.
Pemerintah setempat langsung memberlakukan lockdown ketat. Upaya itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona yang telah bermutasi itu keluar dari Inggris.
Namun, varian B.1.1.7 tersebut telah dilaporkan di Belanda, Denmark, dan beberapa negara lain di Eropa. Terbaru, di Thailand, saat ini telah menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 harian capai lebih dari 2.000 kasus.
Sementara varian B.1.617 mengandung dua mutasi sekaligus. Keduanya yakni E484Q dan L452R. "Jadi dia itu (varian baru) ada dua mutasi yang dianggap berpengaruh. Mengandung dua mutasi sekaligus, E484Q dan L452R," ujar Nadia saat dikonfirmasi Kompas.com, pekan lalu.
Saat ini, kasus-kasus penularan akibat varian baru ini ditemukan di India. Varian B.1.617 terdapat dalam sampel dari sekitar 10 negara bagian India dengan persentase yang bervariasi.
Menkes kemarin juga mengatakan gelombang tenaga kerja Indonesia (TKI) dari luar negeri yang kembali ke tanah air.
"Pak Menko juga menyampaikan protokol kesehatan dilakukan untuk tenaga migran Indonesia karena puluhan ribu nih yang masuk nih, sudah masuk di atas 100 ribu dan akan masuk puluhan ribu kembali," ujar Budi.
Budi merinci sejumlah titik yang menjadi jalur masuk para TKI itu ke Tanah Air. Mulai dari Batam, Kepulauan Riau, hingga sejumlah wilayah Kalimantan seperti Entikong, Malinau, hingga Nunukan.
Maka, seluruh titik-titik tersebut akan diperketat serta proses screening hingga karantina akan ditingkatkan.
"Sehingga orangnya masuk akan kita tes dan dipastikan semua hasil tesnya, kita kirim untuk squencing untuk tadi melindungi rakyat Indonesia dari potensi kesalahan yang pertama karena ada mutasi virus yang baru," katanya.
Untuk mencegah “tsunami Covid-19” seperti di India, Pemerintah mencegah masuknya warga negara India mulai Sabtu lalu. Pelayanan visa bagi warga negara India pun telah dihentikan sejak Kamis(23/4).
Direktur Jenderal Imigrasi Jhoni Ginting mejelaskan penolakan masuk berlaku bagi seluruh orang asing yang mempunyai riwayat perjalanan dari wilayah India dalam kurun waktu 14 hari sebelum masuk wilayah Indonesia. "Selain menolak masuk orang asing, kami juga menghentikan sementara penerbitan visa bagi Warga Negara India," kata Jhoni, kemarin.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga membatasi pintu masuk di beberapa Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Pintu masuk bagi WNI yang akan pulang ke Indonesia hanya melalui TPI Bandar Udara Soekarno-Hatta, Bandar Udara Juanda, Bandar Udara Kualanamu, Bandar Udara Sam Ratulangi, Pelabuhan Laut Batam Centre, Pelabuhan Laut Sri Bintan Pura, dan Pelabuhan Laut Dumai.
"Bagi WNI yang masuk tentunya tetap harus mengikuti protokol kesehatan ketat sesuai aturan dari Satgas Penanganan Covid-19," ujarnya. (Tribun Network/Fansiskus Adhiyuda/Rina Ayu/Willy Widianto/sam)