Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TRIPURA - Pemerintah negara bagian Tripura, India, telah menyuarakan kewaspadaan setelah strain baru mutasi ganda virus corona (Covid-19) dan varian Inggris serta Afrika ditemukan di negara bagian itu.
Dikutip dari laman First Post, Sabtu (1/5/2021), para pejabat lokal mengatakan pada hari Jumat kemarin bahwa pemerintah negara bagian itu telah memutuskan untuk mengadakan tes secara penuh terhadap penumpang yang memasuki Tripura melalui perjalanan darat dan udara.
Selain itu, pemerintah negara bagian itu juga akan mengkarantina orang yang terinfeksi diantara mereka yang dilakukan tes Covid-19.
Baca juga: Krisis Covid: PM India Didesak Ungkap Data Asli Kasus Positif dan Kematian Akibat Corona
Baca juga: India Tingkatkan Upaya Vaksinasi Warganya dan Minta Bantuan Lebih dari 40 Negara
Segera setelah penerimaan hasil tes yang dilakukan pemerintah Tripura terhadap warga asing, Sekretaris Kesehatan Tripura JK Sinha mengadakan pertemuan virtual pada hari Kamis mendatang dengan hakim distrik, pengawas polisi dan Kepala petugas medis dari delapan distrik.
Sinha meminta mereka untuk melakukan semua tindakan pencegahan dan secara ketat menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Sebelumnya, para Ilmuwan India mengimbau Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi untuk secara terbuka merilis data virus corona (Covid-19) yang akan memungkinkan mereka menyelamatkan nyawa saat kasus ini kembali melonjak pada hari Jumat waktu setempat.
Selain itu, para Ilmuwan juga meminta Modi memerintahkan para tentara untuk membuka rumah sakit militer yang mereka operasikan dalam upaya mengendalikan krisis kemanusiaan besar-besaran yang melanda negara itu.
Dikutip dari laman AP News, Jumat (30/4/2021), menyusul adanya 386.452 kasus baru, India kini telah melaporkan lebih dari 18,7 juta kasus positif sejak pandemi dimulai pada awal 2020.
Angka ini menunjukkan bahwa negara itu menjadi pencetak kasus positif Covid-19 nomor dua terbesar setelah Amerika Serikat (AS).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) India pada hari Jumat waktu setempat juga melaporkan terjadinya 3.498 kematian dalam 24 jam terakhir.
Namun para ahli meyakini bahwa kedua angka tersebut bukan merupakan angka sebenarnya.
Karena mereka menilai masih ada data yang disembunyikan pemerintah negara itu.
Respons terhadap pandemi India pun ditanggapi sinis oleh seruan online yang ditandatangani oleh lebih dari 350 Ilmuwan pada Jumat sore.
Mereka mendesak pemerintah untuk merilis data tentang urutan varian virus, pengujian, jumlah pasien yang pulih, dan bagaimana tanggapan masyarakat terkait program vaksinasi.
Pengajuan banding yang dilakukan para Ilmuwan ini menyebutkan bahwa data 'granular' pada pengujian tidak dapat diakses oleh pakar non-pemerintah serta beberapa pakar dari pemerintahan.
Begitu pula pekerjaan pemodelan untuk memprediksi lonjakan masa depan yang sedang dilakukan oleh para ahli yang telah ditunjuk oleh pemerintah, mereka bekerja dengan informasi yang tidak mencukupi.
Lalu hal yang sama turut dialami para Ilmuwan yang gagal mendapatkan informasi yang memungkinkan mereka dalam memprediksi berapa banyak tempat tidur, oksigen, atau fasilitas perawatan intensif yang dibutuhkan pasien.
Seruan tersebut mendesak pemerintah India dalam memperluas jumlah organisasi yang mengurutkan virus untuk mempelajari evolusinya, dan juga meningkatkan jumlah sampel yang sedang dipelajari.
Sementara itu, banyak warga India yang terus membanjiri media sosial dan aplikasi perpesanan dengan mengajukan permohonan bantuan oksigen, tempat tidur, obat-obatan, unit perawatan intensif, dan kayu untuk pembakaran jenazah (kremasi).