Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ribuan orang berbondong-bondong mengunjungi destinasi wisata setelah lebaran.
Secara tidak langsung hal ini tentunya mengabaikan protokol kesehatan yang melarang adanya kerumunan dalam skala besar.
Padahal di Indonesia masih dalam masa pandemi Covid-19. Dengan kata lain, Indonesia belum aman dari infeksi virus Covid-19.
Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, ledakan kasus akan terjadi.
Namun, tidak dapat dilihat dalam satu hingga dua minggu ini.
Setidaknya ledakan besar infeksi Covid-19 akan nampak setelah satu hingga tiga bulan berikutnya.
Menurutnya penularan bahkan dilakukan oleh orang yang tidak bergejala.
Angka ini mencapai hingga 80%.
"Sehingga ada potensi ledakan? Sangat jelas ada. Bukan mudik saja, tapi akumulasi setahun lalu seperti pilkada. Situasi ini terus bergerak dan akan meledak satu dua bulan,"ungkapnya pada Tribunnews, Selasa (18/5/2021).
Menurut Dicky, dampaknya justru berada di rumah, karena masalahnya kebanyakan masyarakat Indonesia masih berupaya mengobati sendiri. Sehingga rumah sakit nampak sepi.
"Masyarakat kita lebih banyak mengobati diri sendiri. Jangan diharapakan dua tiga minggu kasus meningkat. Ini menyebabkan di rumah sakit tidak terlalu penuh. Karena masyarakat kita hanya di rumah saat sakit," katanya lagi.
Oleh karenanya menurut Dicky, perlu adanya perbaikan strategi. Terutama terkait program yang betul-betul melaksanakan deteksi sedari dini secara aktif ke rumah-rumah.