News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Bukan Dua Minggu, Epidemiolog Sebut Ledakan Kasus Akan Terjadi Satu Hingga Dua Bulan Lagi

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ribuan orang berbondong-bondong mengunjungi destinasi wisata setelah lebaran.

Secara tidak langsung hal ini tentunya mengabaikan protokol kesehatan yang melarang adanya kerumunan dalam skala besar.

Padahal di Indonesia masih dalam masa pandemi Covid-19. Dengan kata lain, Indonesia belum aman dari infeksi virus Covid-19.

Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, ledakan kasus akan terjadi.

Sejumlah wisatawan memadati kawasan Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara, Jumat (14/5/2021). Pemprov DKI Jakarta pada libur Lebaran 2021 membuka sejumlah tempat wisata, di antaranya wisata Ancol yang diperuntukkan khusus bagi warga ber-KTP DKI Jakarta dan membatasi jumlah wisatawan dengan kapasitas 30 persen. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Namun, tidak dapat dilihat dalam satu hingga dua minggu ini.

Setidaknya ledakan besar infeksi Covid-19 akan nampak setelah satu hingga tiga bulan berikutnya.

Menurutnya penularan bahkan dilakukan oleh orang yang tidak bergejala.

Angka ini mencapai hingga 80%.

"Sehingga ada potensi ledakan? Sangat jelas ada. Bukan mudik saja, tapi akumulasi setahun lalu seperti pilkada. Situasi ini terus bergerak dan akan meledak satu dua bulan,"ungkapnya pada Tribunnews, Selasa (18/5/2021).

Kakorlantas Polri Irjen Pol Istiono didampingi Dirlantas Polda Jabar Kombes Pol Eddy Djunaedi menempelkan stiker pada mobil pemudik yang telah mengikuti rapid test antigen di Rest Area Kilometer 62 tol Jakarta-Cikampek arah menuju Jakarta, Minggu (16/5/2021). (Dok. pribadi)

Menurut Dicky, dampaknya justru berada di rumah, karena masalahnya kebanyakan masyarakat Indonesia masih berupaya mengobati sendiri. Sehingga rumah sakit nampak sepi.

"Masyarakat kita lebih banyak mengobati diri sendiri. Jangan diharapakan dua tiga minggu kasus meningkat. Ini menyebabkan di rumah sakit tidak terlalu penuh. Karena masyarakat kita hanya di rumah saat sakit," katanya lagi.

Oleh karenanya menurut Dicky, perlu adanya perbaikan strategi. Terutama terkait program yang betul-betul melaksanakan deteksi sedari dini secara aktif ke rumah-rumah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini