TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meminta Bupati dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus untuk menambah tempat tidur, baik di ICU maupun ruang isolasi, di rumah sakit.
Pasalnya, kasus pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di daerah tersebut meningkat.
Namun, jika dari Pemerindah Daerah Kabupaten Kudus kesulitan menyediakan tempat tidur, Ganjar akan meminta bantuan dari TNI dan Polri.
Dikutip dari tayangan Kompas Jateng, Kompas TvV Jumat (4/6/2021), Ganjar mengatakan dirinya akan meminta bantuan TNI dan Polri jika Pemda Kudus kesulitan menyediakan tempat untuk pasien Covid-19.
"Saya telah komunikasi dengan Bupati dan Dinkesnya, yang jelas persoalan yang dimunculkan dari sana memang satu, yakni menambah tempat tidur."
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak 5 Kali Lipat, Kapolda Jateng Akan Banjiri Kudus dengan Disinfektan
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus, Komisi IX Ingatkan Pemerintah Soal Pandemic Fatigue
"Namun, kalau memang sulit betul, kami akan turunkan Rumah Sakit Darurat, TNI Polri sudah siap bantu," ujar Ganjar.
Ganjar mengabarkan, pihak provinsi juga telah menyiapkan perawat, dokter, beserta anggarannya.
"Lantas SDM sudah kita dorong, perawatnya dari kita sudah kita dorong dan itu yang bayarin anggrannya dari kita."
"Untuk dokter dari provinsi sudah disiapkan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kalau tidak nanti dari Rumah Sakit Moewardi juga sudah siap," terang Ganjar.
Hal tersebut dilakukan lantaran banyaknya tenaga kesehatan di Kabupaten Kudus yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Oleh karena itu, Pemprov Jateng terus berupaya melakukan penambahan tenaga kesehatan.
Baca juga: Apa yang Terjadi jika Pandemi Covid-19 Berubah Menjadi Endemi? Begini Penjelasan Para Ahli
Lonjakan Kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus Telah Terprediksi
Dikutip dari Tribunnews.com, Jumat (4/6/2021), Ganjar mengatakan bahwa lonjakan kasus yang terjadi di Kudus telah terprediksi.
Usai libur panjang, sejumlah wilayah di Jateng akan mengalami kenaikan kasus Covid-19.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Tengah dalam hal ini mencatat, setidaknya ada delapan Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan kasus secara signifikan.
Delapan daerah yang dimaksud tersebut meliputi Sragen, Tegal, Brebes, Banyumas, Cilacap, Karanganyar, Wonogiri, dan Kudus.
“Ini terprediksi sebenarnya. Setiap kali ada libur panjang pasti ada kenaikan (kasus),” kata Ganjar.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Ketua Satgas Bertolak ke Kudus
Diketahui, kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus melonjak hingga lima kali lipat.
Kenaikan kasus tersebut bahkan mencapai 783 kasus pada 26 Mei 2021 lalu.
Sehingga, rumah sakit darurat difungsikan untuk menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah.
Sementara dari catatan tahun lalu, situasi di Jawa Tengah saat ini sama seperti yang terjadi pada 2020 lalu.
Peningkatan kasus aktif setelah libur panjang nasional juga menyebabkan naiknya Bed Occupancy Rate (BOR) hingga mencapai 90 persen.
Kendati telah dilakukan konsultasi dan koordinasi secara rutin terkait adanya potensi kenaikan kasus dari liburan panjang, Ganjar mengakui bahwa hal itu tidak semua diantisipasi dengan baik oleh sejumlah Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Sehingga, terjadi kenaikan kasus seperti yang terjadi di Kudus.
Selain kurangnya antisipasi, Ganjar juga melaporkan bahwa kenaikan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus juga terjadi karena prediksi-prediksi seperti fenomena tahun lalu yang tidak dicermati dengan baik, sehingga menimbulkan kepanikan.
“Kaget gitu ya. Dia (Pemda Kudus) tidak prediksi, dia tidak antisipasi, lalu berikutnya panik,” jelas Ganjar.
Kepada Ketua Satgas, Letjen TNI Ganip Warsito, Ganjar melapor bahwa pihaknya telah berulangkali meminta agar Pemerintah Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan angka kasus dapat segera mengambil langkah konsolidasi.
Hal tersebut supaya menghindari pemahaman seolah-olah dapat melakukan penanganan sendiri.
Sebab, penanganan Covid-19 tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan harus melibatkan berbagai komponen.
Untuk urusan yang satu ini, bahkan Ganjar berkelakar bahwa dirinya sudah seperti Guru Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling (BP/BK).
Ia bertugas memperingatkan atau membimbing siswa nakal atau kurang patuh terhadap peraturan di sekolah.
"Jadi ini saya sudah seperti guru BP/BK. Ada anak-anak nakal, kumpul lalu njeweri siji-siji (menjewer satu-satu),” pungkas Ganjar.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Taufik Ismail)