Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Malaysia bergerak melakukan program vaksinasi massal dengan meluncurkan truk pertama dari 40 truk vaksin yang akan digunakan di jalan raya dalam beberapa bulan mendatang.
Perlu diketahui, negara itu sedang berjuang melawan wabah virus corona atau Covid-19 terburuknya, dengan tingkat infeksi per kapita lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Ini terjadi setelah tercapainya rekor kasus harian baru dan kematian akibat Covid-19 pada akhir bulan lalu.
Dikutip dari laman Malay Mail, Rabu (9/6/2021), pemerintah Malaysia berencana mengerahkan puluhan truk vaksinasi ini ke daerah-daerah yang dinilai sulit memiliki akses ke pusat vaksinasi.
Puganesan Thiruselven, seorang warga yang mengantre untuk mendapatkan vaksinasi melalui penggunaan truk tersebut di Kuala Lumpur (KL) ini pun memuji langkah pemerintah negara itu yang dinilai tepat.
"Ini membuka lebih banyak kesempatan bagi publik untuk mendapatkan akses. Dengan melakukan ini, risikonya jauh berkurang," kata Puganesan.
Malaysia telah memberlakukan sistem pembatasan paling ketat untuk menahan penyebaran Covid-19 pada bulan ini.
Baca juga: India Catat Di Bawah 100 Ribu Kasus Baru Covid-19: Pertama Kalinya Sejak Awal April
Pemerintah negara itu pun menerapkan aturan larangan perjalanan antar negara bagian dan semua kegiatan, kecuali kegiatan yang sangat penting dan berkaitan dengan ekonomi.
Sejauh ini, negara tersebut telah mencatat 627.652 kasus positif Covid-19 dan 3.536 kematian secara keseluruhan.
Sementara itu, sekitar 2,5 juta warganya telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19.
Namun angka ini masih kurang dari 10 persen dari 32 juta penduduknya, meskipun persentasenya lebih tinggi jika dibandingkan beberapa negara tetangganya.
Kapasitas Rumah Sakit Kritis
Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan penggunaan tempat tidur untuk pasien virus corona atau Covid-19 di unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit meningkat drastis dalam dua pekan terakhir.
Dalam pernyataannya ia menyampaikan, tempat tidur pasien Covid-19 di ICU rumah sakit Malaysia telah mengalami peningkatan penggunaan, dari 96 persen pada 25 Mei lalu, menjadi 104 persen pada 6 Juni kemarin.
Dikutip dari laman Malay Mail, Rabu (9/6/2021), Dr Noor Hisham menyebut tingkat penggunaan tempat tidur ICU Covid-19 telah menembus angka 100 persen dan ini merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan.
"Pada dasarnya, ini artinya tidak ada ruang lagi bagi pasien yang datang dan membutuhkan perawatan intensif, ini adalah kasus kritis," kata Dr Noor Hisham, Selasa (8/6/2021).
Kendati demikian, ia menekankan bahwa terjadi penurunan penggunaan tempat tidur untuk kategori non-ICU selama periode yang sama.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Empat Kecamatan Bangkalan Melonjak
"Penggunaan tempat tidur non-ICU untuk pasien Covid-19 telah menurun dari 99 persen menjadi 89 persen dalam dua minggu terakhir," jelas Dr Noor Hisham.
Ia pun kembali mengingatkan masyarakat bahwa kapasitas rumah sakit saat ini masih berada pada level kritis.
"Ini bisa semakin meningkat jika masyarakat tidak hati-hati, situasi ini tidak boleh dianggap enteng, masyarakat harus memastikan untuk disiplin mematuhi semua SOP Covid-19 dan mendaftarkan diri untuk mendapatkan vaksinasi," kata Dr Noor Hisham.
Baca juga: Target WHO dalam Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia
Ia pun menambahkan otoritas kesehatan Malaysia telah mendeteksi adanya 24 klaster baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
15 dari 24 klaster baru tersebut terdiri dari klaster tempat kerja, 5 klaster komunitas dan 3 klaster lainnya yang melibatkan kelompok berisiko tinggi.
Klaster ini terdeteksi di Selangor, Sabah, Johor, Kedah, Kuala Lumpur, Putrajaya, Penang, Kelantan, Pahang, Sarawak, Negri Sembilan dan Perak.
Pakai Drone
Polisi Malaysia menggunakan drone untuk mendeteksi orang-orang yang memiliki suhu tubuh tinggi di tengah keramaian.
Hal itu dilakukan dalam rangka menekan angka penyebaran virus corona atau Covid-19 di Negeri Jiran tersebut.
Drone tersebut telah diluncurkan di negara bagian Terengganu Malaysia dalam tiga hari terakhir.
Hal ini disampaikan kepolisian negara bagian itu pada Senin melalui pernyataan resminya.
Dikutip dari laman Business Insider, Senin (7/6/2021), menurut Kepala Polisi Rohaimi Md Isa, drone itu diklaim dapat mendeteksi suhu tubuh dari ketinggian 20 meter atau 65 kaki di udara.
Baca juga: Ini Startup Pertama Terlibat Penuh dalam Vaksinasi Covid-19 di Semua Lini
Drone akan memancarkan lampu merah jika suhu yang terdeteksi mencapai angka di atas 37,5 derajat Celcius atau 99,5 derajat Fahrenheit.
"Drone ini sangat membantu," kata Rohaimi.
Sebelumnya, Malaysia telah memberlakukan sistem penguncian atau lockdown nasional ketiga pada hari Selasa lalu.
Baca juga: Di Tubuh Wanita Ini Virus Covid-19 Bermutasi 32 Kali Selama 216 Hari
Saat unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit di negara itu berjuang untuk menahan gelombang baru kasus Covid-19 yang semakin serius.
Jumlah pasien yang dirawat di ICU pun tercatat mencapai rekor tertinggi selama 13 hari berturut-turut hingga hari Minggu kemarin.
Perlu diketahui, berdasarkan laporan Slate pada Mei 2020, di awal pandemi, pihak berwenang di India, Italia, Oman, Amerika Serikat (AS) dan China pun telah bereksperimen dengan drone untuk memantau suhu.
Baca juga: Kasus Covid-19 Masih Terkendali, Pemerintah Harap Kepatuhan Penggunaan Masker Meningkat
Namun metode itu kemudian menuai kritikan dari banyak pihak.
Kepolisian di Connecticut, AS membatalkan rencana penggunaan drone yang berfungsi memantau suhu tubuh dan melacak jarak antara orang, karena alasan privasi dari penduduk setempat.
Sedangkan kepolisian Malaysia telah menggunakan drone dalam lockdown sebelumnya, untuk menyampaikan peringatan agar warga tetap tinggal di dalam rumah.