Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JORHAT- Sejak pandemi virus corona (Covid-19) melanda India pada 2020, kehidupan di desa Kawoimari Gohain Gaon yang terletak di distrik Jorhat, negara bagian Assam tampak tidak seindah sebelumnya.
Nyaris tidak ada warga yang beraktivitas di luar rumah, jalan ditutup, dan pendapatan pun berkurang.
Namun tidak seperti banyak daerah lain di India, di mana Covid-19 membawa petaka bagi kehidupan.
Saat tsunami menghantam India, Desa yang terletak sekitar 35 km dari kota Jorhat di Assam bagian atas itu hingga saat ini belum melaporkan adanya temuan kasus Covid-19.
Baca juga: India Tutup Semua Balai Konservasi Harimau Setelah Seekor Singa Terpapar Covid-19 di Kebun Binatang
Baca juga: India Catat Rekor, 6.148 Orang Meninggal Dunia Akibat Covid-19 Dalam 24 Jam Terakhir
Para pejabat setempat mengklaim bahwa langkah-langkah protokol kesehatan yang diterapkan secara ketat oleh penduduk desa menjadi alasan mengapa mereka tidak mengalami infeksi virus tersebut.
Tersebar di sekitar lahan seluas 4 kilometer persegi, penduduk desa ini sebenarnya berasal dari Nematighat yang terletak di dekat sungai Brahmaputra.
Namun erosi besar-besaran yang terjadi di tepi sungai itu yang dipicu peristiwa gempa bumi berkekuatan 8,6 skala richter pada 1950 dan menewaskan sekitar 5.000 orang, menjadi alasan yang 'memaksa' penduduknya untuk pindah ke lokasi baru dan mendirikan Kawoimari Gohain Gaon.
Hingga akhirnya Kawoimari Gohain Gaon memiliki hampir 2.000 penduduk.
Seperti yang disampaikan Sekretaris Pertahanan Desa Kawoimari Gohain Gaon, Madhurjya Kakati.
"Desa kami memiliki sekitar 400 keluarga dan total populasi hampir 2000. Meskipun banyak wilayah lainnya telah mencatat kasus positif Covid-19 termasuk kematian, kami telah berhasil lolos dari virus itu sampai sekarang," kata Kakati.
Dikutip dari laman Hindustan Times, Jumat (11/6/2021), sejak pandemi dimulai pada tahun lalu, warga desa telah secara ketat mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak sosial, memakai masker dan membersihkan tangan secara teratur menggunakan sanitizer dan sabun.
Jalan di desa itu pun telah diblokade menggunakan batang bambu untuk mencegah masuknya orang luar.
Spanduk dan papan pemberitahuan juga ditempel di seluruh desa untuk memperingatkan warga agar tetap mengikuti protokol kesehatan.
Setiap rumah bahkan menempatkan satu ember air dan sabun di pintu gerbang untuk memudahkan orang mencuci tangan mereka sebelum masuk.
Perlu diketahui, lebih dari separuh penduduk desa itu memiliki profesi sebagai petani, sementara sebagian kecil bekerja di kantor pemerintah dan swasta.
Mereka yang keluar desa untuk keperluan pekerjaan, diwajibkan mengikuti semua protokol kesehatan sebelum kembali ke desa.
"Kami memiliki 25 orang pejabat desa, diantaranya ada lima perempuan. Kami bergiliran menjaga pintu masuk desa dan juga memeriksa pelanggaran yang terjadi di dalamnya. Siapapun yang melanggar aturan tersebut akan dikenakan hukuman atau denda yang ditetapkan oleh pemerintah. Tapi untungnya kami tidak melihat ada pelanggaran yang dilakukan oleh warga desa," tegas Kakati.
Meskipun pemerintah Assam belum mengumumkan penerapan sistem penguncian (lockdown), negara bagian ini memiliki jam malam selama 16 jam setiap harinya, mulai pukul 13.00 hingga 17.00 petang waktu setempat.
Ada pula larangan melakukan pergerakan atau perjalanan antar distrik.
Langkah-langkah tersebut pun berlaku hingga 16 Juni mendatang.
Seorang guru dari desa tersebut, Naresh Das menyampaikan bahwa kehidupan di desa itu tidak lagi sama seperti dulu saat pandemi belum melanda India.
Ia kini tidak bisa bebas bersosialisasi dengan tetangga maupun teman-temannya.
Kendati demikian dirinya bersyukur bahwa hingga saat ini desa tersebut diklaim belum menemukan kasus positif, apalagi kematian akibat Covid-19.
"Kehidupan tidak lagi sama sejak pandemi dimulai, karena kami tidak bisa bergerak atau bersosialisasi dengan teman-teman kami dan sesama penduduk desa, yang sangat umum dilakukan sebelumnya. Tapi kami senang karena kami belum mencatat kasus positif atau kehilangan siapapun karena penyakit ini," kata Das.
Des menegaskan bahwa penduduk desa itu telah mengikuti langkah-langkah kesehatan secara benar.
Ia mengakui, sebelumnya sempat terjadi beberapa hal yang melemahkan protokol kesehatan menjelang akhir tahun lalu dan selama pemilihan umum baru-baru ini.
"Namun dengan terjadinya gelombang kedua Covid-19 yang menyerang negara kami, semua orang menjadi lebih memperhatikan keselamatan. Terinspirasi dari apa yang kami lakukan, beberapa desa tetangga juga mulai serius menerapkan protokol Covid-19," jelas Des.
Sementara itu, Penanggung Jawab Pusat Kesehatan Primer (BPHC) blok Kakojan di desa itu, Dr Rekha Hazarika mengatakan bahwa program vaksinasi di desa tersebut belum berkembang pesat.
Hingga kini, hanya sekitar 15 persen dari mereka yang telah memenuhi syarat yang bisa mendapatkan dosis.
"Kawoimari Gohain Gaon tidak memiliki kasus positif Covid-19 tahun ini dan tahun lalu juga tidak ada laporan. Kami telah memberitahu setiap desa dan warga untuk secara ketat mengikuti langkah-langkah yang diumumkan oleh Departemen Kesehatan. Tampaknya desa ini telah mengikuti dengan benar. Ini juga menjadi contoh bagi yang lain," kata Dr Hazarika.
Hingga Rabu lalu, Assam telah mencatat 442.694 kasus positif dan 3.738 kematian.
Sementara untuk wilayah desa dan kebun teh, sebagian besar tidak terpengaruh selama gelombang pertama.
Namun pada gelombanh kedua, ada banyak kasus Covid-19 dan kematian di daerah-daerah tersebut.
Dalam 10 hari terakhir, Kabupaten Jorhat mencatat temuan 1.455 kasus positif Covid-19.