Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, CAPE TOWN - Otoritas Kesehatan Afrika Selatan (Afsel) telah membuang 2 juta dosis vaksin virus corona (Covid-19) 'Janssen' Johnson & Johnson. Mengapa?
Tindakan ini diambil karena bahan untuk produksinya berasal dari pabrik asal Amerika Serikat (AS) di Baltimore yang terkontaminasi.
Pengawas keamanan produk kesehatan Afrika Selatan (SAHPRA) telah memutuskan untuk tidak memberikan lampu hijau terkait penggunaan jutaan dosis vaksin yang disimpan di sebuah pabrik di kota Gqeberha.
Baca juga: Jokowi Minta Akhir Agustus Anies Sudah Vaksinasi 7,5 Juta Penduduk Jakarta
Baca juga: Update Lonjakan Kasus Virus Corona, Ini Ada 17 Zona Merah Covid-19 di Indonesia
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (14/6/2021), lembaga tersebut akhirnya menunda sementara penggunaan dosis yang memang dipermasalahkan sejak awal Juni itu.
Saat ini otoritas terkait tengah menunggu laporan kepatuhan keamanan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).
Seperti yang disampaikan Pejabat Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Mmamoloko Kubayi-Ngubane pada hari Minggu kemarin.
Baca juga: UPDATE Haji 2021: Bio Farma Siap Lobi Vaksin Johnson & Johnson, Menag Siapkan Skenario Keberangkatan
Baca juga: UPDATE Haji 2021: Arab Saudi Belum Beri Kepastian, Pemerintah Usahakan Vaksin Johnson & Johnson
"Berdasarkan apa yang telah diumumkan oleh FDA, kami mempertimbangkan batch yang kami simpan di situs Gqeberha dan vaksin yang kami miliki di sana adalah sebanyak 2 juta," kata Ngubane.
Ia menambahkan bahwa dosis itu tidak akan digunakan untuk kegiatan vaksinasi bagi warga Afrika Selatan.
Hal tersebut pun dibenarkan oleh CEO SAHPRA, Dr. Boitumelo Semete yang mengatakan bahwa vaksin yang dimaksud 'tidak terbuka untuk umum'.
Sementara itu, pengawas kesehatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa batch baru yang berisi sekitar 300.000 dosis vaksin Janssen telah disetujui oleh FDA dan akan dikirim ke Afrika Selatan melalui beberapa titik.
Kendati demikian, belum ada penjelasan lebih lanjut terkait tanggal pasti untuk pengiriman vaksin itu.
Semete mengakui bahwa insiden kontaminasi ini memberikan dampak negatif yang signifikan pada 'strategi peluncuran' vaksin di Afrika Selatan.
Perlu diketahui, hingga saat ini Afrika Selatan mencatat sekitar 1,7 juta kasus Covid-19 dan lebih dari 57.000 kematian diantara populasinya yang berjumlah sekitar 58,5 juta penduduk.
Namun menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah negara itu baru memberikan 183.000 dosis vaksin pada 9 Juni lalu.
Terkait masalah kebersihan dan kontaminasi yang terjadi di fasilitas Emergent BioSolutions di Baltimore, AS pada awal tahun ini, FDA menyatakan bahwa kondisi pabrik dapat membahayakan keamanan vaksin.