Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengeluarkan hasil penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) rujukan dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes).
Penelitian dilakukan menyusul terjadi lonjakan kasus COVID-19 di Kudus, Jawa Tengah setelah libur Idul Fitri.
Ketua Tim Peneliti WGS SARS-CoV-2, FK-KMK UGM dr Gunadi PhD SpBA, mengatakan, dari 70 spesimen yang diuji, 37 sampel dikirim ke UGM sementara sisanya dikirim ke Salatiga, Jawa Tengah.
Baca juga: Hasil Penelitian UGM, 28 dari 34 Sampel Spesimen Covid-19 di Kudus adalah Virus Corona Varian Delta
Baca juga: 28 Kasus Covid-19 Varian Delta India Merebak di Kudus, Ini yang Perlu Diwaspadai Menurut Ahli
Dari total 37 sampel, 34 sampel telah keluar hasilnya dan yang tidak keluar hasilnya ada 3.
Dalam penelitian tersebut ditemukan 28 dari 34 atau sekitar 82 persen merupakan varian Delta (B.1.617) dari COVID-19.
“Varian Delta ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia. Dan sudah terbukti di populasi di India dan di Kudus.
Hal tersebut juga memperkuat hipotesis para peneliti bahwa peningkatan kasus di Kudus tersebut adalah karena adanya varian Delta,” tegas, dr. Gunadi seperti dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Selasa (15/5/2021).
dr. Gunadi juga menambahkan hipotesanya dengan penelitian terbaru dari The Lancet, yaitu varian Delta berhubungan dengan usia pasien.
Baca juga: Lonjakan Covid-19 Mengkhawatirkan, PDIP Fokus Maksimumkan Gotong Royong Tangani Covid-19
Baca juga: WASPADA!Varian Corona B1617.2 India Mendominasi Penyebaran di DKI, Kudus dan Bangkalan
“Semakin tua pasien COVID-19 maka varian Delta ini akan memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut,” terangnya.
Dalam penelitian The Lancet, diketahui varian Delta dapat menginfeksi kembali pasien COVID-19 dan makin memperlemah kekebalan tubuh pasien.
Padahal apabila sudah terinfeksi COVID-19 pasien mendapatkan antibodi secara alami.
Kemudian varian Delta juga bisa menurunkan kekebalan tubuh seseorang dengan usia yang lebih tua meskipun sudah divaksinasi dua dosis.
“Dalam hal ini bisa dikatakan pemerintah sudah tepat menyasar target vaksinasi bagi golongan lanjut usia karena mereka kelompok yang rentan apabila tertular COVID-19 apalagi varian Delta,” lanjut dr. Gunadi.
Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti FK-KMK UGM ini sendiri dilakukan selama satu minggu dengan metode berupa penerimaan viral transfer material (VTM) yang diekstraksi secepatnya oleh tim untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, khususnya dalam mengetahui sejauh mana varian Delta bertransmisi di Kudus.
*Batasi Interaksi Sosial karena Varian Delta Menular Lebih Cepat*
Menurut dr. Gunadi, faktor utama yang menyebabkan terjadinya lonjakan kasus karena adanya interaksi sosial yang masif dan pelanggaran protokol kesehatan saat libur Idul Fitri.
Hal ini diperburuk dengan adanya varian virus baru yang lebih cepat penyebarannya.
“Makin tinggi interaksi sosial yang terjadi, maka peluang terjadinya lonjakan kasus makin tinggi,” ungkap dr. Gunadi.
Masyarakat diharapkan adalah agar saat ini memperketat kembali protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, ditambah menghindari kerumunan dan mengurangi perjalanan yang tidak perlu.
“Karena interaksi sosial yang tinggi ditambah tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan meningkatkan transmisi virus sehingga mendorong lonjakan kasus,” himbaunya.
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa lonjakan kasus yang terjadi saat ini adalah akibat pergerakan masyarakat yang terus meningkat sejak awal Ramadan hingga puncaknya setelah Idul Fitri.
“Diperkirakan jumlah orang yang berpindah dari satu kota ke kota lainnya selama arus mudik ataupun arus balik mencapai 5 hingga 6 juta orang. Kondisi ini yang menjadi penyebab lonjakan kasus ditambah kendornya protokol kesehatan di masyarakat sehingga laju penularan virus di masyarakat penyebab semakin meningkat,” terang dr. Nadia.