TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X menegaskan bahwa tidak akan memberlakukan lockdown di wilayahnya.
Hal ini dikarenakan, biaya yang harus dikeluarkan pemerintah kepada rakyat sangatlah besar jika lockdown dilakukan.
Sri Sultan HB X mengaku pemerintah tidak sanggup untuk menanggung semua biaya tersebut.
Lebih lanjut, Sultan menekankan bahwa pemberlakuan lockdown ini adalah pilihan terakhir.
Baca juga: Sultan Hamengku Buwono X Menilai Lonjakan Kasus Covid-19 di DIY Disebabkan oleh Banyaknya Wisatawan
Apabila semua upaya untuk pencegahan penyebaran Covid-19 sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi.
"Nggak ada kalimat lockdown. Saya nggak kuat untuk ngragati (membiayai) rakyat sak Yogya."
"Itu pilihan terakhir. Saya kan sudah bilang kemarin, lockdown tapi pemerintah tidak akan kuat," kata Sultan dikutip dari tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Selasa (22/6/2021).
Menurut Sultan, untuk sekarang ini pencegahan penyebaran Covid-19 diatasi dengan tetap memberlakukan PPKM.
Baca juga: Sultan Hamengku Buwono X Ancam akan Lakukan Lockdown di DIY Jika Warga Tidak Mau Disiplin Prokes
Selain itu, Sri Sultan HB X juga menuturkan untuk jangan mudah mengatakan lockdown.
Karena pengertian lockdown itu sendiri berarti semua tutup, tidak ada orang yang berjualan.
Hanya apotek atau toko obat, lalu supermarket yang dibolehkan untuk tetap buka.
"Keputusannya tetap PPKM, di mana konsekuensinya jangan mudah mengatakan lockdown. Karena pengertian lockdown itu totally close."
"Orang jualan enggak ada, yang buka hanya apotek, toko obat dan supermarket, yang lain tutup. Pemerintah ganti duit untuk masyarakat. Kita nggak kuat," sambungnya.
Baca juga: Sultan HB X Buka Opsi Lockdown, Sebut Pemangku Kebijakan di Daerah Lelah hingga Tanggapan DPRD DIY
Lonjakan Kasus Covid-19 di DIY Disebabkan oleh Banyaknya Wisatawan