Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Vaksin AstraZeneca disebutkan memiliki efek samping pembekuan darah.
Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Prof Zullies Ikawati, PhD, Apt mengatakan, kelompok yang berisiko mengalami pembekuan darah adalah perempuan berusia muda
Hal itu merujuk pada kasus pembekuan darah yang terjadi pada penggunaan vaksin ini di Eropa.
"Sebagian besar terjadi pada usia muda (di bawah 40 tahun), bahkan di bawah 30 tahunan, dan kebanyakan adalah wanita," kata Zullies dalam keterangannya, Selasa (22/6/2021).
Baca juga: KABAR BAIK:PERKI Rekomendasikan Vaksin AstraZeneca Dapat Digunakan untuk Pasien Jantung
Baca juga: Vaksin AstraZeneca Aman untuk Usia 18 Tahun ke Atas, Juli Vaksinasi di Seluruh Puskesmas DKI
Karena itu, di Inggris, badan otoritas setempat merekomendasikan bagi mereka yang berusia di bawah 40 tahun untuk menggunakan vaksin selain AstraZeneca.
Namun demikian, jika sudah menggunakan vaksin AstraZeneca pada suntikan pertama dan tidak mengalami masalah apapun, disarankan untuk meneruskan suntikan kedua dengan vaksin Astra Zeneca lagi.
Mantan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) ini mengatakan, untuk kehati-hatian, ada baiknya mereka yang punya riwayat pembekuan darah tidak menggunakan vaksin jenis ini.
"Yang lebih berisiko justru mereka yang pernah mengalami heparin-induced thrombocytopenia and thrombosis (HITT or HIT type 2) atau pasien yang mengkomumsi obat pengencer darah," ujar Zullies.
Jika Tak Divaksin Risiko Terpapar Covid-19 Jauh Lebih Besar
Sampai tanggal 5 Mei 2021, di Eropa dilaporkan kejadian pembekuan darah akibat vaksin ini sebanyak 262 kasus, dengan 51 diantaranya meninggal, dari penggunaan sebanyak 30 juta dosis vaksin.
Ia menuturkan, dari hasil evaluasi European Medicines Agency (EMA) atau BPOM Eropa, sejauh ini memang dijumpai ada hubungan kuat antara kejadian pembekuan darah dengan penggunaan vaksin AstraZeneca, tetapi kejadiannya sangat jarang.
"Jika dihitung, maka prosentase kejadiannya sangat kecil sekali. Itulah makanya EMA masih menilai bahwa kalaupun memang vaksin ini dapat menyebabkan reaksi pembekuan darah, manfaatnya masih lebih besar daripada risikonya, sehingga vaksin ini tetap boleh diberikan," jelasnya.