TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan Kebudayan Riset dan Teknologi, Menteri Agama,
Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan, telah menandatangani Surat Keputusan Bersama
(SKB) Empat Menteri.
Pada tahun ajaran baru 2021-2022 yang jatuh pada Juli ini, sekolah diberikan opsi untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) Terbatas untuk menghindari dampak-dampak negatif berkelanjutan pada peserta didik.
Mengamati situasi melonjaknya kasus COVID-19 dan penebalan peraturan pembatasan kegiatan
masyarakat (PPKM), SKB Empat Menteri tersebut diperkuat dengan Instruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 14 Tahun 2021, yang menyebutkan daerah zona hijau, kuning, dan jingga, dapat
menerapkan pembelajaran PTM Terbatas, sementara zona merah wajib menyelenggarakan
pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring.
Direktur SD Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek),
Dra Sri Wahyuningsih MPd menegaskan jika PTM Terbatas perlu dipersiapkan dengan matang
oleh pihak sekolah dan juga disokong orang tua murid serta lingkungan di sekitarnya.
“PTM Terbatas bisa digelar dengan syarat daerah yang menggelar PTM Terbatas bukan zona
merah,” terang Sri Wahyuningsih pada Dialog Produktif yang diselenggarakan KPCPEN dan
disiarkan di FMB9ID_IKP belum lama ini.
Menurut Sri, PTM Terbatas harus dipersiapkan sedini mungkin, mulai dari memenuhi daftar
periksa dan petunjuk teknis yang telah ditetapbkan dalam SKB 4 Menteri.
Baca juga: Jadi Pedoman Penerapan UU ITE, TB Hasanuddin Apresiasi Terbitnya SKB 3 Lembaga
“Sekolah harus memenuhi daftar periksa dan yang tidak kalah penting, sekolah harus menyiapkan
satgas COVID-19 tingkat sekolah.
Sekolah harus duduk bersama, mennyosialisasikan persiapan PTM Terbatas kepada orang tua, bekerja sama dengan komite sekolah, sehingga orang tua pun memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya PTM Terbatas ini,” tegas Sri.
Sri juga mengingatkan peraturan yang dihadirkan pemerintah sangat fleksibel.
“Jika sekolah menerapkan PTM Terbatas, orang tua tetap dapat menentukan anaknya untuk masuk sekolah atau tetap PJJ,” sebut Sri.
Namun begitu, PTM Terbatas di sekolah juga harus melihat kondisi daerah.
Salah satu syarat pentingnya adalah apabila daerah dalam zona merah dan memberlakukan PPKM maka PTM Terbatas tidak bisa dilaksanakan.
“Khususnya untuk zona hijau diharapkan untuk melaksanakan PTM Terbatas karena tidak
semua dari 514 Kabupaten/Kota di 34 Provinsi zona merah dan kita berdoa yang sekarang merah
segera menjadi hijau," imbau Sri.
Tahun lalu, Kemendikbudristek telah mengeluarkan kurikulum khusus di masa pandemi.
“Untuk diimplementasikan demi capaian kompetensi dasar esensial bagi siswa.
Masyarakat juga bisa membuka www.bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id untuk memperoleh panduan pelaksanaan PTM di masa pandemi untuk seluruh jenjang pendidikan,” pungkas Sri.
Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie dalam kesempatan yang sama menyatakan
pihaknya sudah mempersiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk menggelar PTM
baik di tingkat SD hingga SMA di Kota Tangerang Selatan.
Meski begitu, pelaksanaan PTM tersebut saat ini masih didiskusikan kembali menimbang situasi perkembangan COVID-19 di wilayah Tangerang Selatan yang kembali meningkat pasca libur panjang lebaran.
"Sejak Januari tahun ini kami sudah mempersiapkan penyusunan SOP untuk PTM di Kota
Tangsel.
Bahkan kami sudah memverifikasi sekolah-sekolah kurang lebih 79% di tingkat SMP
Negeri dan Swasta,” terang Benyamin.
Psikolog Anak, Elizabeth Santosa, M.Psi mendorong para orang tua untuk mengajak kembali
anak-anaknya belajar tatap muka demi membangun kembali psikologi anak-anak ke kondisi
normal.
“Belajar jarak jauh secara online yang terlalu lama memberikan efek samping kepada anak
berupa ketergantungan kepada gadget, anak menjadi malas hingga tantrum yang berbahaya bagi
tumbuh kembang anak,” jelas Elizabeth.
Elizabeth juga mengakui bahwa kegiatan belajar tatap muka di Negara Bagian Victoria, Australia,
memiliki kebijakan mirip seperti Indonesia.
Di saat pemerintah memberlakukan kebijakan karantina wilayah, PTM di Melbourne dihentikan demi pertimbangan kesehatan, namun saat laju COVID-19 terkendali, anak-anak kembali belajar tatap muka.