"Kemungkinan itu mungkin saja ada, tapi apakah benar 5-10 detik seperti temuan di Australia, kita tunggu nanti hasil penelitian jurnalnya," kata Prof Tjandra, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Senin (28/6/2021).
Tetapi, Prof Tjandra memastikan, virus corona varian Delta memang jauh lebih menular.
"Varian Delta dibandingkan dengan varian sebelumnya memang jauh lebih menular," ungkap mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini.
Di sisi lain, Prof Tjandra juga menjelaskan ada lima dampak varian baru virus corona.
Pertama, soal dampak penularannya.
Kedua, soal berat dan ringannya terhadap penyakit.
Ketiga, soal kemungkinan infeksi ulang atau reinfeksi.
Keempat, dampak terhadap diagnosisnya dan kelima dampak terhadap vaksinnya.
Dalam kasus varian Delta ini, Prof Tjandra menilai poin pertama soal penularannya yang jauh lebih cepat benar adanya.
Poin kedua soal berat ringannya penyakit ada yang membenarkan dan ada pula yang menyangkal.
Kemudian, Prof Tjandra juga membenarkan dalam poin ketiga virus corona varian baru memungkinkan reinfeksi.
"Dampak terhadap infeksi ulang iya mungkin terjadi infeksi ulang."
"Kemudian dampak tehadap diagnosis tidak kerena diagnosis yang ada sekarang tes menggunakan PCR dan rapid tes antigen masih bisa digunakan," katanya.
Terakhir, Prof Tjandra menyebut, dampak terhadap vaksin memang ada, yakni terjadi penurunan efikasi.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Kenali Gejala Virus Corona Varian Delta, Apa Bedanya dengan Flu Biasa?