"Dampak terhadap infeksi ulang iya mungkin terjadi infeksi ulang."
"Kemudian dampak tehadap diagnosis tidak kerena diagnosis yang ada sekarang tes menggunakan PCR dan rapid tes antigen masih bisa digunakan," katanya.
Terakhir, Prof Tjandra menyebut, dampak terhadap vaksin memang ada, yakni terjadi penurunan efikasi.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Kenali Gejala Virus Corona Varian Delta, Apa Bedanya dengan Flu Biasa?
Terbukti, dari penelitian di Inggris menyebut vaksin AstraZeneca mengalami penurunan efikasi terhadap virus corona varian Delta.
"Sementara dampak vasksin ada penururan, penelitian yang terbesar di Inggris, vaksin AstraZeneca efikiasinya turun pada varian Delta."
"Hanya masih diatas 50 persen dan masih bisa digunakan," ungkapnya.
Sebaran Varian Baru Virus Corona di Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat setidaknya ada 211 kasus virus corona varian baru yang sudah masuk ke Indonesia.
Varian baru tersebut terdiri dari varian Alpha atau B.1.1.7 asal Inggris, varian Beta varian Beta atau B.1.351 asal Afrika Selatan dan varian Delta atau B.1.617 dari India.
Dikutip dari laman Balitbangkes, dari ketiga varian tersebut, varian Delta mendominasi di Indonesia.
Catatan terbaru, ada sekira 160 varian Delta yang ditemukan di Indonesia hingga 20 Juni 2021.
Sementara, 80 kasus varian Delta tersebut tercatat berada di Jawa Tengah.
Baca juga: Penjelasan Terkait Varian Delta dan Gejalanya, Disebut Lebih Menular dari Covid-19 di Awal Pandemi
Berikut daftar wilayah di Indonesia yang terdeteksi adanya kasus virus corona varian baru per 20 Juni 2021:
Varian Delta Total 160 Kasus