TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah varian delta menyerang, kini varian baru Covid-19 Kappa B.1617.1 ditemukan di wilayah DKI Jakarta. Varian ini merupakan varian yang pertama kali ditemukan di India seperti varian Delta B.1617.2.
Temuan varian Kappa ini disebut dalam dokumen pemaparan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam rapat koordinasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, Selasa (29/6/2021) lalu.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, dengan adanya varian baru ini masyarakat diharapkan bisa lebih waspada.
"Tentu dengan adanya varian baru, kita harus lebih waspada karena kecepatan menyebar jadi lebih cepat," kata Widyastuti dalam rekaman suara, Kamis (1/7/2021) seperti dilansir Kompas.com
Widyastuti mengatakan, Dinkes DKI Jakarta sudah melakukan survelians genomic atau pelacakan virus Covid-19 varian baru.
Baca juga: Varian Delta Covid-19 Sudah Masuk Purwakarta, dari Pasien Asal Karawang
Metode yang digunakan merupakan metode whole genome sequencing (WGS), Dinkes DKI menemukan 128 kasus varian baru di Jakarta yang termasuk variant of concern (VoC).
"Sudah beberapa kali disampaikan bahwa varian baru adalah bagian dari survelians genomic yang harus kita lakukan," tutur dia.
Adapun proporsi 128 kasus varian baru di Jakarta yaitu 111 Delta, 11 Alpha, 5 Beta dan 1 Kappa.
Varian baru juga teridentifikasi pada segmen anak-anak. Dari klasifikasi usia, 29 varian baru terdeteksi pada usia 0-5 tahun, 6-18 tahun 26 kasus, 19-59 tahun 71 kasus dan lansia 60 tahun ke atas hanya ada dua kasus.
Untuk menghindari penularan varian baru ini, Widyastuti meminta agar masyarakat disiplin menjalani protokol kesehatan.
Varian delta
Sebelumnya Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Slamet Budiarto mengingatkan masyarakat agar tetap berada di rumah dan mengurangi mobilitas.
Ia menyebut, varian Delta sangat gampang menular.
"Varian Delta ini sangat infeksius sekali. Masyarakat stay at home. Jangan keluar rumah. Kalau pemerintah tidak mau PSBB diawal pandemi lalu, keluarga sendiri saja yang menerapkan. Jangan keluar rumah," kata dr.Slamet dalam diskusi virtual, Selasa (29/6/2021).