"Kalau OTG dan gejala ringan nggak usah lah.
Untuk mendapat plasma konvalesen saja susah," ujar Dian.
Namun, menurut Dian, penggunaan plasma konvalesen harus harus patuh pada anjuran dokter yang merawat pasien.
"Karena ini (plasma konvalesen) masih dalam tahap uji klinis, belum jadi standar untuk penyembuhan pasien Covid-19," jelas Dian.
Saat mengunjungi PMI Jakarta, JK didampingi oleh Sekjen PMI, Sudirman Said, dan Kabid Unit Donor Darah (UDD) PMI Pusat, Linda Lukitari Waseso.
Terkait operasional PMI Jakarta, Ni Ken Ritchie, selaku Kepala Unit Donor Darah (UDD) PMI Jakarta menjelaskan, akan terus menerima layanan bagi pendonor yang ingin mendonorkan plasma konvalesen maupun donor darah selama 24 jam per hari.
“Dulunya kami buka sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Sekarang kami buka 24 Jam untuk melayani pendonor,” ucap Ni Ken.
Layanan 24 jam ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh plasma konvalesen secara lebih banyak.
Menurut Ni Ken, pendonor plasma konvalesen di PMI Jakarta per hari menyentuh angka 20-50 pendonor namun hasil itu belum bisa menutup seluruh permintaan yang diperlukan.
“Permintaannya 80-100, dan itu bukan hanya Jakarta tapi Bodetabek,” ucap Ni Ken.
Lebih lanjut, Ni Ken menyebut proses pengambilan plasma konvalesen dari pendonor rata-rata memakan waktu 45 menit hingga satu jam.
Guna mengumpulkan plasa konvalesen dari darah pendonor, PMI Jakarta menggunakan Alat Alpheresis yang telah disiapkan sebanyak tujuh buah.
Berbagai strategi telah dilakukan oleh PMI Jakarta untuk menggaet para penyintas Covid-19 agar tertarik mendonorkan plasma konvaselennya.
Satu diantaranya yakni membuat pamflet yang bertuliskan “Habis Sembuh Covid-19, Donor Plasma Konvalesen Kemudian”.