News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketua Umum PB IDI Sebut 80 Persen Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia Didominasi Varian Delta

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus penularan Covid-19 semakin melonjak. 

Kasus harian Covid-19 mencapai angka tertinggi, dengan penambahan jumlah kasus sebanyak 34.379 kasus dan kematian 1.040 kasus pada Rabu (7/7)

Lonjakan kasus yang terjadi saat ini mayoritas diduga akibat varian Delta yang diketahui 6-7 kali lipat lebih menular dari varian asli Covid-19.

Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menyebut, kondisi lonjakan kasus Covid-19 usai Lebaran luar biasa, jika dibanding kondisi saat usai Natal dan Tahun Baru Desember - Januari.

"Jadi luar biasa ya sekarang kita bahkan angka tertinggi itu bisa mencapai 28 - 30 ribu kasus terkonfirmasi dalam sehari," ujar Nadia dalam diskusi FM9 virtual, Rabu (7/7).

Menurutnya, lonjakan drastis yang kini terjadi ditengarai karena adanya varian Delta yang diketahui memiliki sifat 6-7 kali lebih menular dari varian asli Covid-19.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Varian Covid-19 Biasa dengan Varian Delta 

"Kemungkinan besar adalah varian Delta yang sangat berpengaruh ya karena kalau kita melihat sampai dengan saat ini, memang varian yang kita temukan di Indonesia sudah ditemukan 553 varian of concern (VoC) dan variant of Interest (VoI)," jelasnya.

Siti Nadia mengatakan,  khusus varian Delta yang telah dikategorikan sebagai VoC oleh WHO, penyebarannya telah merata di Pulau Jawa.

"Varian Delta ini terlihat sekali mendominasi ya terutama di Pulau Jawa. Kalau kita melihat sampai saat ini dari 553 sequences dari VoC itu 436 yaitu adalah varian Delta," ungkap Nadia.

Sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan laju penularan adalah melakukan akselerasi vaksinasi, karena semakin banyak orang yang terinfeksi atau tertular semakin berpotensi untuk bermunculan varian-varian baru ini.

"Oleh sebab itu vaksinasi harus segera diperluas dan diperbanyak makanya kemudian kita 1 juta vaksinasi di bulan Juli ini dan juga nanti di bulan Agustus dinaikan lagi," ujarnya.

Baca juga: Varian Delta Diduga Jadi Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 di Pulau Jawa

Hal senada dikatakan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih.

Ia menyebut 80 persen lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia didominasi varian Delta.

Selain memiliki sifat gampang menular, varian yang sebelumnya bernama B1617.2. juga dapat membuat pasien bergejala mengalami pemburukan.

"Sekarang ada yang lebih prihatin lagi varian Delta iniyang mudah menular dari yang sebelumnya, dan para pakar dan peneliti varian ini juga lebih berbahaya," ujarnya dalam Gelora Talks secara virtual bertajuk Benarkah Varian Baru Covid-19 Makin Ganas?, Selasa lalu.

Ia menerangkan, dalam laporan LIPI menemukan di sebuah Rumah Sakit dengan pasien positif sebanyak 211 orang, 160 orang di antaranya dinyatakan terinfeksi varian Delta.

Sehingga dengan banyaknya orang yang membutuhkan perawatan, kian menguatkan varian Delta dapat membuat seoarang pasien menjadi kritis.

"Kalau diambil persentase sekitar 80 persen varian Delta ini sekarang lagi merajai. Ini kasus lonjakan karena memang kecepatan penularannya” katanya.

Menurutnya, varian Delta ini menyebabkan keterpurukan yang lebih sering.

“Buktinya memang kebanyakan kasus-kasus sekarang ini kalau dikatakan oleh para peneliti itu hospitalitynya lebih tinggi dari sebelumnya," terang dr.Daeng.

Ia juga mengatakan, saat ini pasien yang dirawat di RS memiliki gejala sedang, berat, hingga kritis dengan gejala pneumonia dan gangguan gangguan sistemik lain.

Jadi kalau semakin banyak kasus ini yang membutuhkan pelayanan di Rumah Sakit, katanya, maka memang gejala perburukannya lebih cepat, ini yang terjadi pada varian Delta.

“Oleh karena itu memang kalau kita mau menjaga ke depan tidak akan terjadi lonjakan seperti sekarang ini maka mau tidak mau kalau dari sisi masyarakat itu ada prokes ketat dan vaksinasi," katanya.

Rekor Tertinggi

Data yang diterbitkan SatgasCovid-19.go.id Rabu (7/7) menunjukkan, ada penambahan jumlah kasus Covid-19 sebanyak 34.379 kasus. Sehingga total kasus terkonfirmasi positif menjadi 2.379.397 kasus.

Sebelumnya kasus tertinggi Covid-19 sejak awal Pandemi Maret 2020 terjadi pada Selasa (6/7) dengan 31.189 kasus. Lonjakan ini  terjadi pada hari ke-lima penerapan PPKM Darurat.

Masih dari data yang sama terjadi penambahan pasien sembuh mencapai 14.835 kasus. Adapun total pasien sembuh secara keseluruhan sebanyak 1.973.388 orang.

Sementara, jumlah yang meninggal  dunia menjadi 62.908 orang setelah ada penambahan kasus meninggal hari ini sebanyak 1.040  orang. Jumlah kematian ini juga menjadi yang tertinggi di Indonesia sejak awal Pandemi.

Dengan penambahan angka terkonfirmasi, kesembuhan dan kematian, maka terjadi penambahan kasus aktif sebanyak 18.504 kasus, sehingga total mencapai 343.101 kasus. Sementara itu pada hari yang sama, jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 199.143 dengan jumlah suspek 93.407.     

Baca juga: Survei Median: 39,6 Persen Masyarakat Anggap Covid-19 Biasa Saja

Sebelumnya Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Marinves), yang juga merupakan penanggungjawab pelaksanaan PPKM Darurat, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya keras menekan lonjakan kasus Covid-19.

Dikatakannya, pemerintah telah menyiapkan skenario terburuk laju penularan kasus Covid-19. Di antaranya menyusun langkah penanganan apabila kasus Covid-19 menyentuh angka 40 ribu atau 50 ribu per hari. Karena tidak menutup kemungkinan laju penularan kasus bisa menyentuh angka tersebut perharinya.

"Sekarang kami sudah buat skenario  bagaimana kalau kasusnya 40 ribu (per hari).  Jadi kita sudah hitung worst case scenario. lebih dari 40.000," kata Luhut dalam Konferensi pers virtual yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden, Selasa lalu.

Skenario penanganan bila Covid-19 memburuk tersebut di antaranya yakni pasokan oksigen, ketersediaan obat, serta ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit untuk penanganan pasien Covid-19.

"Bagaimana tadi suplai oksigen, bagaimana suplai obat, bagaimana suplai Rumah Sakit,  semua sudah kami hitung," katanya.

Kendaraan bermotor terjebak kemacetan saat penutupan ruas jalan menuju pusat kota di Jalan Rajawali Barat, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/7/2021). Penutupan ruas jalan tersebut dalam rangka penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Kota Bandung untuk mengurangi mobilitas warga sebagai upaya menekan laju penyebaran Covid-19. Sebanyak tiga kali penutupan yang dilakukan di ring 1, 2, dan 3, yaitu pada pukul 08.00-10.00, 13.00-16.30, dan 18.00-05.00 WIB. Tribun Jabar/Gani Kurniawan (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Untuk fasilitas kesehatan, pemerintah menyiapkan sejumlah tempat perawatan darurat di antaranya asrama haji Pondok Gede, Jakarta Timur, serta tenda darurat TNI atau Polri yang akan didirikan di sejumlah wilayah.

"Jadi semua kekuatan saya kira kita kerahkan. jadi jangan ada yang menganggap under estimate bahwa Indonesia ini tidak bisa mengatasi. Sampai hari ini yes," katanya.

Pemerintah juga sudah menyiapkan rencana permintaan bantuan kepada negara lain yang lebih mampu apabila kasus Covid-19 di Indonesia memburuk. Pemerintah sudah melakukan penjajakan dengan negara negara tersebut.

"Kalau ada yang bilang tadi perlu bantuan dari luar kita juga sudah komunikasi dengan Singapura kita komunikasi juga dengan Tiongkok dan komunikasi juga dan sumber-sumber lain. Jadi sebenarnya semua secara komprehensif sudah kita lakukan," katanya. (Tribun Network/Taufik Ismail/Rina Ayu/sam)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini