TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Herzaky Mahendra Putra mengatakan situasi pandemi Covid-19 saat ini berpotensi meningkatkan sikap represif aparat terhadap pelaku-pelaku gerakan sosial.
“Dengan adanya pandemi ini juga membuat ada meningkatkannya potensi represi dari aparat gitu,” ujar Herzaky, dalam diskusi daring Forum Diskusi Salemba bertajuk 'Demokrasi dan Gerakan Sosial 4.0 di Masa Pandemi', Jumat (9/7/2021).
Menurut Herzaky, saat ini gerakan sosial sering dipersepsikan dengan aksi demonstrasi yang cenderung mengumpulkan banyak massa.
Padahal pada masa pandemi Covid-19, kerumunan adalah hal yang dilarang dan berpotensi ditertibkan oleh aparat penegak hukum.
“Ini sudah terbukti ya, karena bagaimanapun aparat juga punya tugas tanggung jawab, bagaimana agar bukan hanya sekedar tertib tetapi terkait dengan penanganan Covid ini,” ungkapnya.
Oleh karenanya, Herzaky mengingatkan bahwa gerakan sosial di masa pandemi masuk ke dalam isu sensitif. Karena memiliki potensi mengumpulkan massa atau berkerumun yang imbasnya bisa membahayakan nyawa masyarakat.
Tak hanya itu, tantangan lain terhadap gerakan sosial di masa pandemi menurut Herzaky sangat berkaitan dengan persepsi negatif gerakan sosial secara daring.
Baca juga: Di Inggris Vaksin Terbukti Mampu Cegah Resiko Dirawat dan Meninggal Akibat Covid-19
Padahal di era 4.0, dia mengatakan gerakan sosial bisa saja dilakukan tanpa harus melalui aksi massa di lapangan.
Namun karena banyaknya orangnya yang masih berpandangan konservatif, maka gerakan sosial melalui sosial media kerap dianggap tidak bernyali.
“Kemudian ada juga persespsi bahwa gerakan sosial daring itu gerakan sosial tak bernyali, ‘ya kalau berani turun ke lapangan dong. Jangan hanya main di medsos’. Ini ada sinisme-sinisme seperti ini, ada persepsi seperti ini yang kemudian membuat ruang gerak teman-teman mahasiswa juga agak berat,” pungkasnya.