Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, AMERIKA SERIKAT - Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) akan mengeluarkan peringatan tambahan untuk virus corona J&J dari Johnson & Johnson, setelah temuan efek samping yang langka namun berbahaya dilaporkan pada hari Senin kemarin.
Dalam beberapa kasus, vaksin itu dapat menyebabkan sindrom Guillain-Barre langka yang memicu respons autoimun yang menyerang jenis sel saraf tertentu.
Penyakit ini terdeteksi pada sekitar seratus pasien diantara 12,8 juta orang yang divaksinasi dengan suntikan pertama.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (13/7/2021), sebagian besar dari mereka yang terkena sindrom itu adalah laki-laki berusia di atas 50 tahun.
Baca juga: Masih Banyak Nakes yang Terpapar Covid-19, Thailand akan Gabungkan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca
Penyakit tersebut muncul dalam dua pekan setelah mereka memperoleh suntikan sekali pakai Johnson & Johnson ini.
Meskipun sindrom ini dapat disembuhkan namun berpotensi memberikan dampak yang tidak dapat diubah terutama pada orang dewasa di atas usia 50 tahun.
"Kami telah berdiskusi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS dan regulator lainnya tentang kasus langka gangguan neurologis, sindrom Guillain-Barré, yang telah dilaporkan terjadi setelah vaksinasi menggunakan vaksin Janssen Covid-19," kata perusahaan farmasi Johnson & Johnson, dalam sebuah pernyataan sebelumnya pada hari Senin kemarin.
Baca juga: Erick Thohir Tegas, Vaksinasi Gotong Royong Tidak Gunakan Uang APBN
Sebelumnya, penggunaan vaksin sekali suntik J&J ini telah disetujui di AS pada Februari lalu.
J&J merupakan vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Janssen yang berbasis di Belgia milik Johnson & Johnson.
Vaksin ini telah menunjukkan efektivitas 85 persen dalam melawan Covid-19.
Regulator federal AS sebelumnya menghentikan sementara penggunaan s vaksin ini karena efek samping yang mematikan sejenis penggumpalan darah, namun sangat jarang ditemukan.
Begitu pula yang terjadi pada vaksin AstraZeneca yang juga sebelumnya diduga memicu munculnya sindrom tersebut.
Namun sejauh ini belum ada temuan kasus efek samping serupa pada vaksin Pfizer dan Moderna.