TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus baru positif Covid-19 di Indonesia terus meroket dan menciptakan rekor baru.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak kemarin pukul 12.00 hingga hari ini pukul 12.00, kasus baru Covid-19 bertambah 47.899 pasien. Kondisi ini menggenapi kelamnya data kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir terus mencetak rekor beruntun.
Sebagai catatan, kasus positif covid-19 mencapai rekor tertinggi pada 12 Juli mencapai 40 ribu kasus baru. Rekor sebelumnya adalah 38.124 tambahan harian pada 9 Juli.
Adapun total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia hari ini yakni 2.615.529 pasien.
Berdasarkan data pada Senin (12/7/2021), total pasien positif Covid-19 sebanyak 2.567.630 orang.
Lalu, jumlah pasien yang sembuh pada hari ini menjadi 2.139.601 di seluruh Indonesia.
Baca juga: PBB: Angka Kelaparan Dunia Tahun 2020 Meningkat Akibat COVID-19
Pada hari sebelumnya, total pasien yang sembuh, yakni 2.119.478 orang.
Ada penambahan pasien sembuh sebanyak 20.123 orang.
Kemudian, total ada 68.219 orang yang dinyatakan meninggal dunia hingga hari ini.
Sementara itu, data kemarin total sebanyak 67.355 orang meninggal dunia.
Dengan demikian, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia dalam 24 jam terakhir sebanyak 864 orang.
Penambahan kasus positif tersebut tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Provinsi DKI Jakarta masih memiliki jumlah kasus Covid-19 terbanyak.
Selanjutnya, disusul oleh Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.
Baca juga: 8 WNI Terinfeksi Corona Terdeteksi Tiba di Narita Haneda dan Fukuoka Jepang
Informasi ini dapat terlihat dari data peta persebaran kasus pada tiap provinsi.
Update corona atau Covid-19 di Indonesia bisa di akses disini.
Skenario terburuk
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sudah membuat skenario terburuk terkait keterisian tempat tidur rumah sakit (RS) untuk merawat pasien Covid-19.
Apabila kasus Covid-19 terus memburuk, Budi menyiapkan skenario dimana keterisian tempat tidur di RS mencapai angka 30 persen dan 60 persen.
Baca juga: Menkes: Vaksin Booster untuk Nakes Mulai Pekan Ini
"Kami sudah membuat skenario ke depan, dibikin sekitar 2 minggu lalu, menghitung kira-kira berapa yang harus kita tambah kalau kasusnya memburuk 30 persen dan ini diupdate tiap minggu, kalau kasus memburuk 30 persen dan sangat memburuk 60 persen dari sekarang, berapa kekurangan RS-nya," ujar Budi, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (13/7/2021).
Bila keterisian tempat tidur benar-benar mencapai angka 30 persen dalam 1-2 minggu ke depan, Budi mengatakan ada dua wilayah yang dinilai akan berat menghadapinya. Wilayah tersebut adalah Yogyakarta dan DKI Jakarta.
Baca juga: Menkes Pastikan Vaksin Covid-19 Berbayar Bukan dari Vaksin Hibah
"Jadi yang paling berat dalam 1-2 minggu ke depan kalau ada perburukan terus sebesar 30 persen atau kira-kira 2-3 persen per hari itu yang berat adalah Yogyakarta dan DKI Jakarta. Karena akan kekurangan tempat tidur isolasi dan ICU," ungkapnya.
Oleh karena itu, demi mengantisipasi keterisian tempat tidur di RS, Budi mengatakan sudah mempersiapkan strategi dengan berdiskusi bersama para gubernur wilayah tersebut.
Dia pun menegaskan strategi untuk wilayah Yogyakarta dan DKI Jakarta tentu akan berbeda. Sebab di Yogyakarta saat ini tercatat sudah ada 2.000-an tempat tidur yang terisi atau 91 persen dalam bed occupancy rate (BOR).
"Tetapi kamar tempat tidur di Yogya sebenarnya ada 8.200, yang isolasi mungkin 2.500, sekarang terisi 2.400, jadi kelihatan tinggi. Tetapi Yogya masih bisa konversi additional 2.000 deh dipindahkan," kata Budi.
Baca juga: Fakta Pria Pelalawan Lolos dari Maut Usai Diterkam Harimau, Lantunkan Azan hingga Terima 58 Jahitan
"Begitu dia naik jadi 4.000, tekanan BOR-nya turun. Dari 90 mungkin ke 60 persen. Jadi itu strategi nomor 1 tolong jangan lihat BOR, tapi lihat total kamar RS berapa. Masih banyak kamar-kamar RS dari 400 ribu yang kita bisa re-alokasikan menjadi tempat tidur isolasi untuk Covid," imbuhnya.
Sementara di DKI Jakarta strategi berbeda dipersiapkan, sebab saat ini setelah dikonversi tercatat sudah lebih dari 50 persen untuk BOR di Ibukota.
Baca juga: Wacana Perpanjangan PPKM Darurat: Harus Dipikirkan Matang dan Dikaji Mendalam
"Itu kita perlu strategi berbeda, satu RS besar kita convert untuk khusus Covid. Itu yang kita lakukan dengan RS Fatmawati, RS Persahabatan dan RS Sulianti Saroso. Kami bikin 100 persen untuk Covid. Mungkin ada tambahan mendekati 1.000 kamar," jelasnya.
Selain itu, Budi mengatakan masih ada skenario atau strategi lain dengan membangun rumah sakit lapangan atau rumah sakit darurat (RSD).
Budi mencontohkan seperti saat ini di Jakarta, Kemenkes sudah membangun RSD di Wisma Haji.
"Hal lain strategi ketiga adalah menambah RS lapangan atau RSD. Yang paling bagus adalah menggunakan fasilitas yang sudah ada sekarang ada kamar, tempat tidur dan kamar mandi. Itu paling penting dari pada bikin baru dari scratch di lapangan, karena itu susah," kata Budi.
"Itu yang sudah kita lakukan di Jakarta, Wisma Haji kita konversi 3-4 hari ruangannya 900 mungkin bisa dipakai sekitar 700-an untuk tambahan kamar RS. Ini RS artinya ada oksigen, kemudian bisa layani pasien sedang, bukan pasien ringan, pasien sedang bisa masuk ke Wisma Haji ada tambahan 700-800," tandasnya.
Varian Delta mulai menyebar ke luar Jawa
mengungkapkan bahwa virus Covid-19 varian Delta telah menyebar hingga di luar Pulau Jawa.
Dia mengatakan bahwa penyebaran varian Delta saat ini tidak merata.
Hal tersebut disampaikannya dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR, secara virtual, Selasa (13/7/2021).
Baca juga: Program Vaksinasi Berbayar Ditunda, Menkes: Dimulai Jika Vaksinasi Gratis Berjalan Masif
Baca juga: Tingkatkan Imunitas Lawan Delta, Pfizer Ajukan Izin Darurat untuk Dosis Tambahan Vaksin Covid-19
"Ledakan dari varian Delta ini tidak merata sekarang, mereka terkonsentrasi di Jawa tapi kita sudah melihat mereka mulai menyebar ke luar Pulau Jawa, Lampung, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Papua Barat, Kepulauan Riau dan Bengkulu, sekarang sudah masuk ke radarnya," kata Menkes Budi.
Menkes Budi menegaskan, dalam penanganan Covid-19 harus dimulai dari sisi hulu.
Menurutnya, percuma jika menambah kapasitas tempat tidur di rumah sakit, jika penanganan Covid-19 dan tidak menerapkan protokol kesehatan, maka laju penyebaran Corona akan tetap tinggi.
Menkes Budi mengingatkan agar masyarakat tetap berada di rumah, demi mencegah terjadinya penyebaran virus corona yang lebih luas.
"Saya tekankan sekali lagi apapun yang kita lakukan di rumah sakit, tidak cukup kalau tidak bereskan ke sisi hulu. Kita tidak disiplin jaga jarak, pakai masker, jangan kemana-mana, tetapi stay at home itu penting sekali kalau tidak kasihan teman-teman di RS, kasihan dokter, kasihan para nakes yang nanti akan menerima gelombang pasien yang akan masuk," pungkasnya.