Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Vaksin merupakan salah satu cara menjaga kesehatan tubuh di tengah pandemi COVID-19. Terutama, saat ini virus corona sudah bermutasi sehingga mudah menyebar.
Namun, ada beberapa yang sehabis vaksin justru positif Covid-19. Ini menimbulkan pertanyaan sehingga membuat sebagian masyarakat enggan lakukan vaksinasi.
Menanggapi hal tersebut, Prof DR APT Zullies Ikawati berkata jika vaksin yang tersedia saat ini tidak mempunyai kekebalan hingga 100 persen. Masih ada celah orang orang setelah vaksin masih bisa terkena.
Baca juga: Adopsi Metode Negara Lain, BIN Gelar Vaksinasi Door to Door
Baca juga: Pria Ini Sebar Video Hoaks Warga Meninggal karena Vaksin, Kini Diciduk Polisi, Terancam Bui 6 Tahun
Selain itu, imunitas yang dibangun oleh orang setelah vaksin berbeda satu sama lain.
Kemudian kapan waktu juga bisa memengaruhi. terpapar.
"Vaksin baru kemarin, hari ini kena, itu bisa saja. Walau sudah divaksin,vaksin belum menghasilkan dampak maksimal. Kekebalan terbentuk 28 hari," ungkapnya pada acara Dialog Interaktif Nasional (Diginas).
Oleh karena itu tidak mungkin jika setelah vaksin tetap positif karena sistim imun belum sempurna dan berkembang secara optimal.
Di sisi lain, waktu antara paparan dengan vaksin dekat, sehingga vaksin belum efikasi secara maksimal. Dan faktor selanjutnya adalah karena virus Covid-19 itu cukup banyak.
"Lebih banyak memapar. Walau antibodi cukup, tubuh tidak kuat menahan sehingga masih mungkin terpapar," katanya lagi.
Faktor keempat adalah bentuk varian yang sanggup menimbulkan infeksi pada tubuh.
Mutasi, bagi virus merupakan salah bentuk upaya untuk pertahanan diri. Maka tidak heran mutasi menyebabkan potensi dari vaksin tidak berjalan secara optimal.
Paling tidak ketika sudah ada antibodi dari vaksin, maka dampak gejala relatif lebih ringan. Selain itu dapat mencegah perburukan sehingga tidak perlu ke rumah sakit. Hal ini tentu dapat mengurangi beban nakes dan memperkecil angka kematian.