TRIBUNNEWS.COM -- Nasib tragis dialami oleh seorang wanita lanjut usia di Indramayu, Jawa Barat, ia meninggal setelah tertular karena memeluk jasad anaknya yang meninggal karena Covid-19.
Sementara di Yogya, seorang kakek-kakek tukang becak ditemukan tak bernyawa di atas becaknya.
Kakek bernama Bilal (84) juga terpapar wabah yang sedang melanda dunia saat ini.
Nenek berinisial ST (70) , warga Desa Rawa Dalem, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, meninggal dunia saat jalani isolasi mandiri, Sabtu (24/7/2021).
Sebelumnya, nenek tersebut diliputi duka mendalam. Sebab, SY (56), anaknya, meninggal dunia lebih dulu dalam pelukannya.
Baca juga: Peti Jenazah di Jayapura Makin Sulit Didapat karena Lonjakan Kasus Kematian Pasien Covid-19
Setelah itu ST diketahui positif covid-19 hingga harus menjalani isolasi mandiri.
"Iya (ST) meninggal dunia saat isolasi mandiri," ujar Sekretaris Kecamatan Balongan, Encep RS, saat dikonfirmasi Tribuncirebon.com, Minggu (25/7/2021).
Encep RS menceritakan, selama ST menjalani isolasi mandiri, pihaknya bersama satgas tingkat desa selalu memantau kondisi ST.
Para petugas mendatangi kediaman ST (70) di Desa Rawa Dalem, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Sabtu (24/7/2021).
Hal itu dilakukan karena ST tinggal sebatang kara sejak ditinggalkan anaknya yang meninggal dunia lebih dahulu.
Baca juga: Perjuangan Ibunda Amanda Manopo Lawan Covid-19, Sempat Membaik, Tapi Takdir Berkata Lain
Ia tak memiliki saudara satu pun.
Untuk keperluan hidup, ST selalu dibantu oleh kepala desa setempat.
Kepala desa itu rutin mengirimkan makanan kepada nenek usia 70 tahun tersebut.
"Semoga almarhumah diterima amal ibadahnya. Aamiin," ujar Encep RS.
Tak sangka
Kisah si nenek sempat viral. Seperti diberitakan sebelumnya, ST memeluk jasad anaknya SY yang sudah meninggal dunia selama tiga hari.
Warga baru mengetahui setelah mencium aroma busuk dari dalam rumah pada Jumat (16/7/2021).
Awalnya warga menyangka nenek dan anaknya itu sudah meninggal dunia.
Baca juga: Luhut: Lonjakan Kematian Penderita Covid-19 Lantaran Banyak yang Komorbid dan Belum Divaksin
Karena dasar itulah itulah warga menyiapkan liang lahat untuk keduanya. Ternyata dugaaan warga salah. Saat diperiksa, ST masih hidup.
Ia mengalami depresi karena anaknya meninggal dunia lebih dulu darinya. Ia terus memeluk jasad anaknya itu.
Pemulasaraan jenazah yang meninggal di dalam rumah di Wilayah Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jumat (16/7/2021).
Meninggalnya SY sendiri belum diketahui secara pasti apa penyebabnya.
Kondisi tubuh yang sudah membusuk membuat pemeriksaan swab tidak bisa dilakukan.
Yang jelas, SY sebelum meninggal diketahui mengalami demam tinggi seusai pulang dari Jakarta.
Sedangkan sang ibu, ST terkonfirmasi positif Covid-19 setelah dilakukan pemeriksaan swab hingga selanjutnya menjalani isolasi mandiri.
Tak ada kerabat saat pemakaman
Encep RS menyampaikan, proses pemakaman jenazah dilakukan oleh warga setempat dan pemerintah desa.
Tidak ada satu pun keluarga yang datang. ST sebatang kara sejak ditinggal anaknya yang meninggal seminggu yang lalu.
"Pemerintah desa dan warga yang membantu proses pemakaman," ujarnya.
Meninggal di Atas Becak
Kisah pilu kematian akibat Covid-19 terjadi di Yogya.
Bilal (84) seorang penarik becak meninggal dengan kondisi terpapar Covid-19.
Sebatang kara dia meninggal di atas becaknya yang diparkir di Jalan Magangan Kulon di Kalurahan Patehan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta, Senin (19/7/2021) lalu.
Dia mengembuskan napas terakhir sekira pukul 18.15 WIB dan dilaporkan kepada RT serta Babinkamtibmas Polsek Kraton agar dilakukan uji swab antigen post mortem pada almarhum.
Bilal ternyata terindikasi mengidap Covid-19.
Nyawanya tidak tertolong karena tidak ada yang tahu bahwa dirinya adalah pasien positif Covid-19.
Sehari-hari, Bilal bekerja sebagai tukang becak.
Hidupnya dia habiskan di becak berwarna merah itu.
Entah berapa uang yang ia dapatkan setiap hari, namun di akhir menjelang hayatnya, Bilal tak sanggup untuk berobat.
“Jadi, almarhum ini diketahui sudah sakit di atas becak beberapa hari sebelumnya. Warga sudah berinisiatif memberikan makan, merawat sebisanya,” ungkap Lurah Patehan, Handani BS kepada Tribun Jogja, Sabtu (24/7/2021).
Bagi masyarakat Patehan, Bilal sudah seperti keluarga sendiri.
Dia menarik becak hampir selama 50 tahun dan mangkal di daerah Magangan Kulon itu.
Almarhum Bilal meninggal dalam sunyi.
Sang anak semata wayang tidak menengoknya karena masalah keluarga dan hubungan yang tidak baik.
Anak tunggal Bilal itu tidak tinggal di Patehan, melainkan di Sewon, Bantul.
Kematiannya justru ditemui oleh seorang warga bernama Dimas (18).
Pelajar itu menemukan Bilal meringkuk di becak dengan mata tertutup dan tidak bergerak.
Ketika dipegang, Bilal seperti tidak ada tanda kehidupan, apalagi bereaksi.
Dimas pun segera memberi tahu Ketua RT tentang kejadian tersebut.
Kemudian, Suryantoro (48) yang menjadi saksi kedua tidak menampik Bilal memang sudah sakit-sakitan sejak beberapa hari lalu.
Terakhir dia menengok Bilal sekitar pukul 14.30 WIB di hari yang sama.
Saat itu, nafasnya tersengal-sengal, memungkinkan ada yang salah dengan paru-parunya.
“Para warga ini sudah menghubungi putri almarhum. Namun, dia tak kunjung datang juga,” beber Handani.
Bilal memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Patehan, Kraton, Yogyakarta. Akan tetapi, dia tidak memiliki rumah tinggal di wilayah tersebut. (Tribun Jabar/Tribun Jogja)