TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan soal pasokan obat-obatan terapi Covid-19 di Indonesia.
Ia memastikan, ketersediaan obat Covid-19 ini dalam keadaan aman sampai bulan Agustus nanti.
Obat-obatan Covid-19 itu ada yang diproduksi dalam negeri, diantaranya Azithromycin, Oseltamivir dan Favipiravir.
Sementara itu, pemerintah juga mengimpor obat-obatan lainnya, yakni Remdesivir, Atemra, dan Gammaraas.
Budi mengingatkan, obat-obatan ini hanya bisa digunakan dengan resep dokter.
Baca juga: Jokowi Cari Obat Antivirus di Apotek Bogor, Bima Arya: Obat Itu Memang Langka
"Obat ini adalah obat yang harus diberikan dengan resep. Untuk tiga obat seperti Gammaraas, Atemra dan Remdesivir itu harus disuntikan hanya bisa dilakukan di rumah sakit," kata Budi dalam konferensi persnya, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin (26/7/2021).
Lebih lanjut, Budi meminta masyarakat untuk tak sembarang menimbun obat-obatan ini.
Dikhawatirkan, obat-obatan ini hanya akan disimpan saja, bukannya digunakan sebagaimana mestinya.
"Tolong biar kan obat-obat ini digunakan sesuai prosedurnya."
"Kalau kita sebagai orang sehat ingin menyimpan obat, bayangkan 20 juta keluarga menegah pengen beli Azithromycin satu paket itu 5 tablet."
Baca juga: Respons ICW Sikapi Rencana Moeldoko Ambil Langkah Hukum Terkait Tudingan Soal Bisnis Obat Ivermectin
"Itu 100 juta obat akan tertarik dari apotek dan disimpan dirumah sebagai stok," ujar Budi.
Ia mengharapkan obat-obat ini digunakan bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Sehingga, nantinya ketersediaan obat tak menjadi langka.
"Kami minta tolong, biarkan obat ini dibeli untuk orang yang membutuhkan, bukan dibelikan kita untuk stok."
"Kasian yang membutuhkan," lanjutnya.
Ketersediaan Obat
Selain itu, Budi juga menjelaskan jumlah ketersediaan obat-obatan terapi Covid-19 di Indonesia.
"Azithromycin sekarang ada 11,4 juta stok yang ada di nasional, 20 pabrik lokal meproduksi obat ini. Kapasitas produksi mencukupi," kata Budi.
Diakui Menkes, produksi obat itu sempat mengalami sedikit hambatan, namun pihaknya sudah menyelesaikannya dengan berkoordinasi bersama para pengusaha farmasi.
Lanjutnya, Budi menyebut, obat Favipiravir juga dalam stok yang aman.
"Khusus Favipiravir, punya stok sampai sekarang ada sekitar 6 juta di seluruh Indonesia."
"Ada beberapa produsen dalam negeri yang akan meningkatkan stok Favipiravir ini," imbuh dia.
Baca juga: Jokowi Minta Menteri Maksimalkan Dukungan Obat dan Layanan Konsultasi Dokter Bagi Pasien Isoman
Pemerintah juga mengimpor Favipiravir dari berbagai negara.
Menkes Budi juga menuturkan, Favipiravir ini nantinya akan mengganti posisi Oseltamivir sebagai obat anti-virus.
Menurut kajian ahli profesi dokter di indonesia, Favipiravir lebih efektif untuk varian delta.
"Diharapkan nanti bulan Agustus, kita sudah punya kapasitas produksi dalam negeri 2-4 juta per hari," katanya.
Sementara, untuk obat Oseltamivir saat ini pemerintah memilik stok sebanyak 12 juta tablet hingga bulan Agustus.
Selain ketiga obat ini, Menkes juga memastikan ketersediaan beberapa obat lainnya, yang tak bisa diproduksi sendiri.
Baca juga: Cara Cek Stok Obat Terapi Covid-19 di Apotek secara Online, Buka Link farmaplus.kemkes.go.id
Di antaranya, Remdesivir, Atemra, dan Gamaras.
Bulan Juli ini, kata Budi, pemerintah akan mendatangkan Remdesivir sebanyak 150 ribu tablet
"Agustus kita akan impor 1,2 juta. Sekarang kita dalam proses membuat Remdesivir dalam negeri," lanjutnya.
Obat Atemra dan Gamaras juga akan diimpor dari luar negeri.
"Juli ini, kita akan kedatangan Atemra 1 ribu vial. Agustus kita akan megimpor 138 ribu."
"Gammaraas kita akan impor 26 ribu bulan Juli ini, dan akan impor lagi 27 ribu di bulan Agustus," jelas Menkes Budi.
Baca berita penanganan Covid-19 lainnya
(Tribunnews.com/Shella Latifa)