Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menepis tudingan sejumlah pihak yang menyebut bahwa pemerintah tidak kompak dalam tangani Pandemi Covid-19.
Terlebih, tudingan itu muncul disaat kebijakan antara kementerian/lembaga serta pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tak satu irama dengan perintah Presiden Jokowi.
Baca juga: Pengamat Ini Bilang, Pelaku Unjuk Rasa di Tengah Pandemi Covid-19 Jauh dari Rasa Empati
Hal itu disampaikan Moeldoko saat sesi dialog dengan News Director Tribun Network Febby Mahendra Putra secara virtual, Rabu (28/7/2021).
"Enggak, sebenernya bukan itu. Kalau persoalan penanganan covid itu Presiden, hampir tiap minggu 2-3 kali melakukan ratas kabinet bagaimana memonitor dan mengevaluasi langkah-langkah yang dilakukan oleh para menterinya," kata Moeldoko.
Baca juga: Positivity Rate di DIY Masih 41 Persen, Wapres Minta Satgas Covid-19 Gencarkan 3T
"Presiden membuat keputusan-keputusan atas perkembangan yang ada di lapangan. Itu langsung Presiden," tambahnya.
Lalu, Moeldoko pun menjelaskan kenapa persoalan pandemi Covid-19 ini menjadi tidak mudah untuk ditangani.
Baca juga: Kapolri Keluarkan Telegram Instruksikan Pengawalan Bansos Hingga Pendampingan Anggaran Covid-19
Menurutnya masyarakat juga harus paham, bahwa persoalan Covid-19 adalah persoalan yang semua kepala negara di dunia.
Bahkan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang telah memiliki infrastruktur dan tenaga kesehatan yang memadahi, namun tetap kesulitan menghadapi virus tersebut.
"Kalau dibandingkan antara jumlah dokter yang rasionya kita jauh berbeda. Itu pun masih mengalami persoalan yang luar biasa. Sehingga memang orang yang di luar melihatnya seolah-olah penanganan ini tidak berkoordinasi, penanganannya tidak harmonis, sebenernya persoalannya bukan disitu," terang Moeldoko.
Baca juga: Wisma Kopo Prioritas Tempat Isoman Anggota DPR RI yang Terpapar Covid-19
Mantan Panglima TNI ini mengatakan, persoalan Covid-19 ini adalah persoalan seperti dihadapkan pada balon udara. Dimana, saat disatu sisi ditekan, maka disisi lain akan meningkat.
Apalagi, kata Moeldoko, Indonesia memiliki wilayah yang luas serta mobilitas masyarakat yang tinggi.
"Sehingga persoalan transmisi tidak mudah diselesaikan," jelasnya.