News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Telat Vaksin Dosis ke-2? Jangan Khawatir, Tak Pengaruhi Efektivitas Vaksin

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Vaksinator menyiapkan vaksin dosis ketiga atau booster vaksin Moderna untuk tenaga kesehatan di RSUD Matraman, Jakarta Timur, Jumat (6/8/2021). Pemerintah menargetkan pemberian dosis ketiga kepada tenaga kesehatan rampung pada pekan kedua Agustus 2021. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini penjelasan mengenai keterlambatan melaksanakan vaksin dosis ke-2, beserta efek samping setelah vaksinasi Covid-19.

Vaksinasi adalah pemberian vaksin dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpapar penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan.

Berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli, dibutuhkan penyuntikan dua dosis vaksin Covid-19 bagi setiap individu untuk menciptakan kekebalan tubuh yang optimal.

Selain itu, rentang waktu penyuntikan dosis pertama dan dosis kedua, serta dosis pemberian vaksin berbeda-beda sesuai dengan rekomendasi untuk setiap jenis vaksin yang digunakan.

Diketahui, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan laju vaksinasi Covid-19 yang saat ini berada di angka 1 juta-1,25 juta setiap harinya.

Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan vaksinasi, termasuk untuk penyuntikan dosis kedua yang saat ini sedang terjadi di beberapa daerah.

Baca juga: Cara Download Sertifikat Vaksin Covid-19 ke-1 & 2, Akses pedulilindungi.id atau Tunggu SMS dari 119

Baca juga: Rekomendasi PERKI: Pasien Jantung Boleh Diberi Vaksin Berbasis mRNA Seperti Pfizer dan Moderna

Lantas, bagaimana jika telat melaksanakan vaksin dosis ke-2?

Juru bicara vaksinasi, Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, keterlambatan penyuntikan vaksin dosis kedua masih aman, selama masih dalam interval yang direkomendasikan para ahli.

"Keterlambatan penyuntikan vaksin dosis kedua selama masih dalam interval yang direkomendasikan para ahli, masih aman dan tidak akan mengurangi efektivitas vaksin pertama sehingga antibodi kita masih dapat terbentuk dengan optimal melawan Covid-19," katanya, dikutip dari Kemkes.go.id.

Adapun untuk vaksin Sinovac, jarak penyuntikan dosis 1 ke dosis kedua adalah 28 hari, sementara vaksin AstraZeneca 2 sampai 3 bulan.

Sementara bagi penyintas dapat divaksin setelah 3 bulan dinyatakan sembuh.

Untuk penyintas yang sudah mendapatkan vaksin dosis 1 sebelum dinyatakan positif, maka bisa melanjutkan vaksinasi dosis kedua setelah sembuh 3 bulan dan tidak perlu mengulang.

Vaksinasi ini merupakan upaya tambahan untuk melindungi seseorang dari potensi penularan Covid-19, sehingga protokol kesehatan mutlak tetap dilakukan untuk memberikan perlindungan yang optimal.

Terlepas dari itu, masih ada sedikit kekhawatiran dari masyarakat mengenai pelaksanaan vaksinasi Covid-19.

Sebagian masyarakat enggan melakukan vaksin karena khawatir akan adanya efek samping yang ditimbulkan setelahnya, yakni berupa demam atau nyeri.

Vaksinator menyiapkan vaksin dosis ketiga atau booster vaksin Moderna untuk tenaga kesehatan di RSUD Matraman, Jakarta Timur, Jumat (6/8/2021). Pemerintah menargetkan pemberian dosis ketiga kepada tenaga kesehatan rampung pada pekan kedua Agustus 2021. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Baca juga: Efek Jangka Panjang bagi Orang yang Sembuh dari Covid-19

Baca juga: Efek Samping Vaksin Covid-19, Beserta Cara Mengatasinya

Efek Samping Demam setelah Vaksin Covid-19

Diwartakan Tribunnews.com, Vaksinolog dr Dirga Rambe Sakti menjelaskan, vaksinasi memang memiliki efek samping, namun hal itu bersifat ringan.

Efek samping tersebut diantaranya seperti nyeri atau ngilu pada bagian tangan, demam atau meriang setelah penyuntikan.

"Hampir semua produk medis sebetulnya punya efek samping. Tidak usah jauh-jauh ke produk medis, sehari-hari kita makan nasi. Nasi yang terlalu banyak juga dapat memicu terjadinya diabetes."

"Dari penelitian diketahui, bahwa 95% efek samping itu sifatnya ringan, reaksi lokal berupa nyeri di bekas suntikan. Sedangkan sisanya reaksi sistemik, yakni demam," kata dr Dirga dalam video di laman kipi.covid19.go.id.

Ia menjelaskan, demam pascavaksinasi bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan, sebab hal ini justru menunjukkan vaksin sudah mulai bekerja.

"Demam pasca vaksinasi bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Demam pasca vaksinasi merupakan tanda bahwa sistem imunitas kita terstimulasi," jelasnya.

Menurutnya, demam tersebut hanya akan berlangsung paling lama 48 jam dan akan reda sendiri.

"Itu adalah tanda bahwa vaksin betul bekerja, dan demam karena vaksinasi umumnya hanya berlangsung paling lama 48 jam."

Efek samping karena vaksinasi bersifat ringan, penangannya juga tidak perlu terlalu istimewa.

Contohnya, nyeri dibekas suntikan umumnya akan hilang sendiri dan dapat dibantu dengan kompres dingin.

"Jika kita atau anak kita ternyata mengami demam juga dapat mengonsumsi obat pereda demam,"

"Apakah betul vaksinasi dapat menyebabkan demam? Jawabannya ya betul. Demam setelah vaksinasi adalah tanda vaksin bekerja dimana vaksin berhasil merangsang kekebalan tubuh kita," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Latifah/Tio)

Berita lainnya terkait Penanganan Covid

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini