Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Vaksin virus corona (Covid-19) yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech telah menjadi vaksin pertama dari jenisnya yang menerima persetujuan penuh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) pada hari Senin lalu.
Sejak saat itu, Presiden AS Joe Biden mendesak para pemimpin di sektor publik maupun swasta untuk menggunakan persetujuan FDA dalam menerapkan persyaratan vaksin demi menekan penyebaran varian Delta.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (25/8/2021), setelah mendapatkan persetujuan penuh FDA untuk vaksin Covid-19, saat ini para peneliti Pfizer tengah mengejar pengembangan vaksin lainnya yang secara khusus difokuskan untuk memerangi varian Delta yang diketahui sangat mudah menular.
Seperti yang disampaikan CEO Pfizer Albert Bourla terkait pengembangan terbaru yang dilakukan perusahaannya.
Baca juga: Pfizer Trending Twitter, Fakta Tersebar di Jabodetabek hingga Prioritas Pengidap Penyakit Kronis
Baca juga: Warga Rela Datang Subuh Demi Vaksin Pfizer di Sentra Vaksinasi Covid-19 Mall Cilandak Town Square
"Kami saat ini sedang membuat vaksin khusus untuk Delta, saya nyaris yakin bahwa kita tidak akan membutuhkannya karena suntikan booster dari vaksin saat ini sangat, sangat efektif melawan Delta," kata Bourla pada hari Senin lalu.
Bourla mengatakan bahwa mereka yang sebelumnya ragu-ragu untuk mendapatkan vaksinasi, kini akan merasa lebih nyaman setelah FDA sepenuhnya mendukung penggunaan vaksin dua dosis Pfizer.
Ia juga berpendapat bahwa meskipun ada efek samping 'serius' yang bisa ditimbulkan seperti limfadenopati, efek samping tersebut tergolong sangat jarang terjadi.
Sementara itu, pejabat kesehatan AS mengumumkan pada awal bulan ini bahwa mulai 20 September mendatang, individu yang divaksinasi akan dapat mulai menjadwalkan waktu untuk mendapatkan vaksin booster mereka.
Dosis ketiga ini harus diberikan 8 bulan setelah seseorang mendapatkan vaksinasi dosis kedua dan diharapkan dapat meningkatkan kekebalan tubuh yang diklaim akan menurun setelah 6 bulan.
Warga AS yang memiliki gangguan kekebalan (immunocompromised) juga dapat menerima booster dari vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna.
Saat pemerintah federal terus memerangi varian Delta yang dominan, metode perlindungan lain pun telah menerima persetujuan darurat dari pemerintah federal, seperti perawatan antibodi monoklonal yang menyerang protein lonjakan virus SARS-CoV-2.
Pakar Penyakit Menular terkemuka di negara itu, Dr. Anthony Fauci menekankan pada hari Selasa kemarin bahwa perawatan antibodi monoklonal yang dikembangkan oleh Eli Lilly and Company, Regeneron dan GlaxoSmithKline-Vir Biotechnology telah terbukti mengurangi risiko pasien harus menjalani rawat inap atau mengalami kematian, dari sebesar 70 persen menjadi 85 persen.
Namun perlu dicatat bahwa perawatan tersebut harus diselesaikan sebelum seseorang terinfeksi Covid-19.