TRIBUNNEWS.COM - Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto berpesan kepada masyarakat untuk tidak terlalu panik mengenai kabar mutasi virus Covid-19.
Termasuk, virus corona varian Mu (baca: miyu) yang disebut-sebut kebal vaksin.
Menurut Tonang, apapun varian Covid-19, bisa ditangkal dengan protokol kesehatan (prokes) yang baik.
"Kita ini memang lebih suka menakut-nakuti dengan varian baru, varian yang lebih ganas."
"Padahal sebetulnya yang lebih perlu kita cermati adalah sisi kita sendiri, yang nyata saja di sekitar kita," ungkap Jubir Satgas Covid-19 RS UNS Solo ini dalam program Overview Tribunnews.com, Kamis (9/9/2021).
Baca juga: Penelitian Profesor Jepang: Strain Mu Tekan Efektivitas Vaksinasi Hingga Kurang dari Satu per Tujuh
Tonang menilai, masyarakat lebih baik memberikan konsentrasi pada dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
"Berapa kasus di sekitar kita, bagaimana kondisi kesehatan di sekitar kita, itu lebih nyata," ungkap Tonang.
"Ujung-ujungnya itu protokol kesehatan, tidak ada yang lain, mau Mu mau yang lain nantinya," tekan Tonang.
Tonang menegaskan prokes menjadi kunci utama dalam penanggulangan penularan Covid-19.
"Kita sering nggegeri (ribut) varian virus baru, tapi lupa dengan yang inti (prokes)," ungkap Tonang.
"Kita tidak perlu membuat takut orang, asal prokes dijaga, sudah. Maupun varian apapun varian baru apapun, prokes kuncinya," tegasnya.
Baca juga: Daftar 9 Vaksin Covid-19 yang Telah Mengantongi EUA dari BPOM RI
Tentang Varian Mu
Sementara itu, Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr Gunadi mengatakan varian Mu atau B1621 tidak lebih ganas dari varian delta.
Diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukan varian Mu sebagai kategori variant of Interest (VoI) atau yang perlu mendapat perhatian.
Sementara varian Delta yang masuk kategori Variant of Concern (VoC) atau yang perlu diwaspadai.
”Karena Delta kategori VoC levelnya tentunya di atas Mu yang kategori VoI,” paparnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (8/9).
Baca juga: Cegah Varian Mu, Pengawasan Internasional Diperketat
Meskipun varian baru ini belum terdeteksi di Indonesia, menurutnya perlu diantisipsi karena varian Mu diketahui menyebabkan penurunan kadar antibodi baik karena infeksi ataupun vaksinasi.
”Hasil riset awal menunjukkan varian Mu menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi baik karena infeksi alamiah maupun vaksinasi, serupa dengan varian Beta. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut,” kata Gunadi
Gunadi menyebutkan, hingga saat ini varian Mu ini belum terdeteksi di Indonesia, namun perlu pengetataan pintu masuk ke Indonesia agar tidak sampai menyebar luas seperti varian delta sebelumnya.
Virus Covid-19 terus bermutasi dengan memunculkan varian-varian baru yang memiliki tingkat keganasan dan keparahan yang berbeda apabila terinfeksi.
Namun demikian, bagi mereka yang sudah pernah terpapar Covid-19 atau pun yang sudah mendapat vaksin sudah memiliki kekebalan alami.
Baca juga: Antisipasi Covid-19 Varian Mu, AP II Tunggu Arahan Kemenhub Soal Pembatasan Penerbangan
“Kekebalan alami yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah pasti ada, tapi seberapa besar bisa melindungi dari risiko terinfeksi varian lain diperlukan riset lebih lanjut,”tegasnya.
Kekebalan alami yang sudah terinfeksi walau belum vaksin menurutnya sama halnya mengukur efektivitas vaksin terhadap suatu varian dengan melakukan riset terlebih dahulu.
Namun, antisipasi tetap diperlukan dengan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat.
Bagi mereka yang sudah vaksin mampu meminimalkan tingkat keparahan apabila terpapar virus Covid-19 dengan varian yang berbeda.
Sementara itu pemerintah menyatakan hingga saat ini kasus Covid-19 varian Mu belum dijumpai di Indonesia.
Sebagian artikel telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tak Seganas Varian Delta, Pemerintah Sebut Varian Mu Belum Ditemukan di Indonesia
(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Rina Ayu Panca Rini)