TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus memantau perkembangan COVID-19 di seluruh wilayah di tanah air dan mengevaluasi penanganannya.
Hingga saat ini, Pulau Jawa dan Bali masih menjadi wilayah terbesar penyebaran virus, baik kasus positif, kematian maupun kasus aktif.
Namun begitu tingkat kesembuhan di wilayah ini, juga mengalami peningkatan.
Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan, dilihat dari jumlah kasus positif, wilayah Jawa Bali menyumbang 67,76% dari total kasus nasional.
Menyusul pada urutan berikutnya adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku-Papua di urutan terakhir dalam hal jumlah kasus positif.
“Artinya, persentase kasus positif sejalan dengan persentase kasus meninggal pada pulau-pulau di Indonesia,” ujar Prof. Wiku saat pertemuan virtual Forum Merdeka Barat 9 –KPCPEN, Jumat (10/09/2021).
Baca juga: Bolehkah Lansia Penderita Penyakit Demensia Divaksinasi Covid-19? Simak Penjelasan Ahlinya
Menurutnya Wiku, tingginya porsi kasus positif di Pulau Jawa Bali dikarenakan wilayah terebut mendominasi populasi di Indonesia, juga terdapat ibukota negara di dalamnya, sehingga aktivitas sosial ekonominya cenderung lebih padat.
Meski begitu dibandingkan kasus positif pada bulan sebelumnya, maka kasus positif di Pulau Jawa Bali secara umum telah mengalami penurunan sebesar 74 persen.
Wiku mengimbau kepada setiap daerah di Indonesia untuk segera melakukan sinkronisasi data agar perkembangan COVID-19 di daerah terpantau lebih akurat.
Khususnya kepada daerah-daerah yang menyumbang kasus tertinggi, pengawasan kepatuhan protokol kesehatan utamanya pada fasilitas umum dan fasilitas sosial melalui Satgas Posko Fasilitas Publik harus ditingkatkan.
Selain itu perlu adanya penguatan Satgas Posko di tingkat Desa/Kelurahan untuk memastikan pencegahan COVID-19 dilakukan sajak dari tingkatan terkecil.
Kewaspadaan harus selalu dijaga, mengingat perkembangan virus COVID 19 masih cukup dinamis.
Virus COVID-19, menurut Prof. Wiku, seperti halnya semua virus, memiliki sifat alami untuk mengalami perubahan terus-menerus.
Virus akan terus bermutasi selama virus masih ada di tengah masyarakat, baik pada skala lokal maupun global.
“Dalam hal ini, pemerintah melalui berbagai kebijakan menyeluruh, senantiasa berusaha menekan angka kasus.
Semakin rendah penularan yang terjadi, semakin kecil pula kemungkinan virus mengalami perubahan menjadi varian baru,” ungkap Wiku.