News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Kemenkes Diminta Prioritaskan Vaksin Covid-19 Johnson and Johnson untuk Masyarakat Adat

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi vaksin Covid-19. Kementerian Kesehatan diminta memprioritaskan vaksin Johnson & Johnson untuk masyarakat adat dan kelompok rentan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koalisi Masyarakat Sipil untuk Akses Vaksinasi meminta Kementerian Kesehatan memprioritaskan vaksin Johnson & Johnson untuk masyarakat adat dan kelompok rentan.

Dengan hanya satu kali suntikan, vaksin Janssen dari Johnson & Johnson (Janssen) akan lebih efisien diberikan bagi masyarakat adat yang tinggal di daerah pedalaman dan kalangan disabilitas.

Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia Hamid Abidin mengatakan, penggunaan vaksin sekali suntik dari Johnson & Johnson ini, khususnya di luar Jawa, akan membuat vaksinasi lebih efisien karena tak perlu dua kali penyelenggaraan vaksin.

Artinya pemerintah dan penerima vaksin sama sama diuntungkan.

Kerja pemerintah makin ringan dan penerima vaksin hanya perlu sekali menempuh jarak jauh buat divaksin serta KIPI juga kemungkinan hanya terjadi sekali saja.

“Efisiensi dan bermanfaat bagi pemerintah dan penerima Koalisi sudah bekerja membantu pemerintah melakukan vaksinasi. Bagi masyarakat adat dan kelompok rentan di lebih dari 30 kabupaten/kota di sembilan provinsi," ujar Hamid dalam keterangan yang diterima, Rabu (15/9/2021).

Baca juga: BREAKING NEWS: Covid-19 di RI Hari Ini Bertambah 3.948 Kasus, Sedikit Menurun Dibandingkan Kemarin

Dari pengalaman Koalisi, mengelar vaksinasi di luar Jawa bukan hal mudah.

Faktor jarak, kondisi jalan, hingga sarana transportasi bisa menyurutkan minat warga.

Menurut Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) Rukka Sombolinggi mengatakan vaksin ini lebih cocok , digunakan di daerah yang warganya tinggal jauh dari kota seperti masyarakat adat, di mana akses angkutan kendaraan minim.

Misalnya di Meratus, Kalimantan Selatan, orang harus berjalan kaki dua hari demi menempuh jarak ke tempat vaksin.

“Jika mereka hanya perlu sekali vaksin, akan sangat membantu,” kata Rukka.

Contoh lain adalah di Jambi.

Baca juga: Peserta BPJS Ketenagakerjaan Turun Hampir 5 Juta Sejak Muncul Covid-19

Warga di Desa Lubuk Mandarsah, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo harus menempuh perjalanan 4 jam hanya untuk ke pusat kota kecamatan.

Belum lagi jika cuaca sedang turun hujan, maka jalanan berubah jadi lumpur yang susah dilewati.

Di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, banyak warga yang sudah susah payah menuju lokasi vaksinasi, gagal divaksin karena mabuk akibat perjalanan jauh dengan mobil bak terbuka.

Demikian pula dengan vaksinasi di kalangan disabilitas.

Berdasar pengalaman vaksinasi bagi kalangan disabilitas di Bantul, Yogyakarta, pada Agustus lalu, butuh persiapan ekstra panjang, tempat khusus, juru bahasa isyarat, dan tenaga pendamping tambahan.

“Butuh koordinasi banya menggelar vaksinasi kalangan disabilitas,” kata Buyung Ridwan Tanjung, pihak untuk founder Harapan Nusantara (OHANA).

Baca juga: Jokowi: Kasus Covid-19 Terus Menunjukkan Trend Penurunan 

Diketahui sebanyak 500 ribu vaksin Covid-19 Johnson & Johnson atau Janssen untuk pertama kali tiba di Indonesia pada Sabtu (11/9/2021).

Vaksin asal produsen Amerika Serikat ini, diberikan kepada orang berusia 18 tahun ke atas dengan pemberian sekali suntikan atau dosis tunggal sebanyak 0,5 mL secara intramuscular.

Badan POM telah melakukan kajian terhadap vaskin Janssen sebagai persyaratan penerbitan Izin Penggunaan Darurat/Emergency Use Authorization (EUA).

Dari hasil kajian yang telah dilakukan menunjukkan, dari sisi keamanan, secara umum pemberian vaksin tersebut dapat ditoleransi dengan baik.

Reaksi lokal maupun sistemik dari pemberian vaksin Johnson and Johnson menunjukkan tingkat keparahan grade 1 dan 2.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) lokal yang umum terjadi, antara lain nyeri, kemerahan, dan pembengkakan, serta KIPI sistemik yang umum terjadi adalah sakit kepala, rasa lelah (fatique), nyeri otot (myalgia), mengantuk, mual (nausea), muntah, demam (pyrexia), dan diare.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini