TRIBUNNEWS.COM - Kondisi Covid-19 di Indonesia akhir-akhir ini memang cukup membaik.
Dibuktikan dengan jumlah kasus positif di Indonesia yang semakin menurun.
Pada Sabtu (25/9/2021) kemarin, tercatat ada tambahan kasus positif sebanyak 2.137 kasus.
Jauh lebih sedikit dibanding puncak kasus Covid-19 sebelumnya yang pernah mencapai angka 56.757 pada 15 Juli 2021 lalu.
Baca juga: Dukun Terkenal Ini Meninggal karena Covid-19, Pernah Klaim Bisa Hentikan Pandemi hingga Tolak Vaksin
Meski demikian, Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko mengatakan adanya ancaman gelombang ketiga Covid-19 yang harus diwaspadai.
"Prediksi Desember (2021) - Januari (2022) itu kemungkinan puncak gelombang ketiganya," kata Tri dilansir Kompas.com.
Tri mengatakan, sebelumnya terjadi beberapa kali lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia yang terjadi setelah melewati libur panjang.
Selain itu menurut pantauan Kementerian Kesehatan, tingkat mobilitas masyarakat juga sudah jauh meningkat.
Baca juga: Puan Ingatkan Potensi Lonjakan Covid-19 Libur Natal dan Tahun Baru Harus Diantisipasi dari Sekarang
Jika dibandingan dengan PPKM Darurat pada Juli atau PPKM Level 4 yang diterapkan pada awal Agustus.
Diketahui peningkatan mobilitas tersebut hampir terjadi di semua provinsi.
Bahkan, tingkat mobilitas di beberapa daerah seperti Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, sudah melampaui level sebelum pandemi.
Lebih lanjut Tri menilai, Indonesia akan mengalami puncak kasus Covid-19 jika Testing, Tracing, dan Treatment lemah.
"Jadi ya memang bakal mengalami puncak lagi, kalau 3T lemah," imbuh Tri.
Baca juga: Ide Singapura di Sidang Umum PBB: Bantu Negara Kecil Lewat Digitalisasi dan Pemulihan Covid-19
Hal tersebut akan membuat terjadinya lebih banyak lagi mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Serta dikhawatirkan beberapa varian yang dihasilkan justru akan membahayakan, mempercepat infeksi, memperparah kondisi pasien dan menyulitkan kesembuhan bagi pasien Covid-19.
Untuk itu Tri meminta semua pihak agar tetap disiplin dan mematuhi protokol kesehatan.
Karena pandemi Covid-19 masih belum benar-benar selesai dan potensi lonjakan kasus masih bisa terjadi.
"Pandemi belum usai, potensi lonjakan kasus masih bisa terjadi. Karenanya tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan," pungkasnya.
Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 di Indonesia: 85 Juta Orang Terima Dosis Pertama, 41% dari Target
Menlu Minta Negara-negara Keluarkan RI dari Redlist
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi meminta sejumlah negara mengeluarkan Indonesia dari daftar merah Covid-19.
Saat ini kasus Covid-19 di Indonesia telah menurun drastis.
Retno menyampaikan hal ini di 18 pertemuan bilateral yang ia lakukan dalam 2 hari terakhir selama penyelenggaraan high level week sidang majelis umum (SMU) PBB di new york.
"Saya sampaikan situasi Covid-19 di Indonesia yang sudah semakin membaik karena berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah, baik berupa percepatan vaksinasi maupun aturan-aturan yang lainnya terkait dengan protokol kesehatan," kata Retno pada konferensi pers, Sabtu (26/9/2021).
Baca juga: Kurangi Risiko Penularan Covid-19 di Sekolah, Perhatikan Manajemen Kualitas Udara dalam Ruangan
Retno sampaikan positivity rate di Indonesia saat ini rata-rata di bawah 2%, di bawah standar WHO sebesar 5%, di mana sebelumnya sempat mencapai titik 31%.
Atau intinya adalah 2 hal telah secara serius dilakukan pemerintah Indonesia, yakni percepatan vaksinasi dan terus menjalankan protokol kesehatan.
"Secara khusus, terhadap beberapa negara yang masih menerapkan redlist, saya minta agar situasi di Indonesia saat ini dapat dipertimbangkan untuk mengubah status redlist tersebut," ujarnya.
Retno menjabarkan satu contoh, yakni Perancis yang sudah mengeluarkan Indonesia dari redlist.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/ Larasati Dyah Utami)(Kompas.com/Ellyvon Pranita)