Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kasus Covid-19 yang melandai dibandingkan pada bulan Juli lalu merupakan capaian dari pengorbanan yang sangat besar. Hal ini diungkapkan oleh CE- Leads Lapor Covid-19, Ahmad Arif.
"Situasi saat ini dicapai dengan pengorbanan sangat besar," ungkapnya pada acara SMERU Research Institute secara virtual, Selasa (19/10/2021).
Menurut pemaparan dari Arif, dalam rentang Januari hingga November pada tahun 2020, angka kematian mencapai 60 persen di Jakarta.
Lonjakan angka kematian kembali melonjak selama bulan Juli 2021.
"Terdapat lonjakan kematian berlebih di desa-desa Jawa selama bulan Juli 2021 hingga 10kali lipat.
Lonjakan kasus kematian di desa tidak tergambar dalam data resmi," katanya lagi.
Lapor Covid-19 menyatakan banyak menerima laporan di tingkat desa.
Baca juga: Polri Akui Gadis Korban Rudapaksa di Aceh Harus Divaksin Sebelum Laporkan Kasusnya
Banyak kematian yang tidak teridentifikasi Covid-19.
Ada kecenderungan bulan Juli-Agustus lalu, orang meninggal disebabkan berbagai sebab.
Di antaranya masyarakat desa cenderung takut memeriksakan kesehatan mereka karena stigma.
"Covid-19 dianggap beban, baik ekonomi mereka dan sosial.
Bahkan mereka ada yang rela sakit dan meninggal diketahui Covid-19 atau tidak," ungkap Arif.
Selain itu menurut pemaparan Arif, rata rata-rata orang terinfeksi atau tertular tidak melakukan dites PCR dan antigen.
Hal ini dikarenakan selain karena keterbatasan alat tes, masyarakat cenderung menghindari pemeriksaan.
Ini dikarenakan hoax cukup deras menerpa masayarakat. Arif menyebut data yang disebutkan sebagian besar berasal dari Jawa. Dikhawatirkan kondisi di luar pulau Jawa jauh lebih berat.