Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Epidemiolog Griffith University, Australia, Dicky Budiman menilai, wajib tes Polymerase Chain Reaction (PCR) bagi penumpang pesawat tidak urgen.
Lantaran, penularan di dalam moda transportasi udara ini relatif kecil dibanding transportasi darat maupun laut.
"Sebetulnya eggak ada urgensinya, tidak kuat, selain karena pesawat itu jauh lebih aman penularannya. Sejauh ini yang tercatat dalam jurnal baru ada dua kluster Covid-19 di dalam pesawat secara global," ujarnya melalui rekaman suara yang diterima, Senin (25/10/2021).
Baca juga: Relawan Jokowi Mania Sebut Harga Tes PCR Terlalu Mahal dan Bebani Masyarakat
Baca juga: Penumpang Pesawat Keluhkan PCR Tak Bisa Diakses di Aplikasi PeduliLindungi
Ia menilai, transportasi darat dan laut memiliki banyak penumpang serta waktu tempuh yang lama, jauh lebih besar risikonya daripada pesawat terbang.
"Pesawat menggunakan hepa filter, yang sirkulasi saringan barang bisa waktu 20 kali dalam 1 jam. Jadi aman pesawat sehingga PCR ini menjadi tidak urgensi" ungkap Dikcy.
Ia menambahkan, kebijakan wajib PCR bagi penumpang pesawat juga tidak relevan, lantaran saat ini vaksinasi telah berjalan baik sehingga testing dengan rapid antigen sudah cukup efektif.
"Cost-effectivenya juga terjangkau, itu saya tidak melihat urgensi PCR ini. Dan saya khawatir nanti orang menjadi kontraproduktif," ungkapnya.