News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bisnis Tes PCR

Harga PCR Tuai Polemik, Pemerintah Diminta Libatkan Penyedia Faskes Swasta Saat Ambil Kebijakan

Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Demonstran mahasiswa dan buruh yang menamakin diri Gerakan Bersama Rakyat (Gebrak) melakukan demonstrasi memperingati Hari Sumpah Pemuda di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakarta, Kamis (28/10/2021). Massa menyampaikan sejumlah tuntutan kepada pemerintah, seperti penurunan harga tes PCR, pencabutan UU Nomor 11 Tahun 2019 tentang Cipta Kerja dan berbagai aturan turunannya, penghentian kriminalisasi aktivis, hingga jaminan persamaan hak dan perlindungan bagi pekerja rumah tangga serta buruh migran. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diminta untuk dapat melibatkan para penyedia fasilitas kesehatan atau laboratorium saat membuat kebijakan terlebih soal penetapan harga tes PCR.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia (Gakeslab) Randy H. Teguh dalam diskusi bersama Kamar Dagang Indonesia (Kadin) secara daring, Jumat (12/11/2021).

Randy menyampaikan pesan tersebut mewakili para pengusaha alias penyedia layanan kesehatan swasta kepada anggota DPR RI dari Partai Golkar Emanuel Melkiades Laka Lena.

"Harapan kami adalah dari diskusi ini syukur-syukur kalau pak Melki bisa mendorong Kementerian Kesehatan untuk membuka diri untuk berbicara dengan kami," kata Randy dalam diskusi tersebut.

Baca juga: Polemik Harga Tes PCR, Begini Kata Kadin

Pernyataan itu disampaikan Randy sebab penetapan terbaru harga PCR yang diterapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah memiliki dampak bagi penyedia Faskes atau laboratorium swasta.

Dimana, kata dia, harga tes PCR yang semakin turun itu membuat beberapa penyedia Faskes swasta mengalami kerugian bahkan beberapa di antaranya harus menutup laboratorium.

Hal itu didasari karena adanya kebutuhan biaya yang cukup besar untuk para penyedia Faskes dalam mendapatkan beberapa komponen atau alat tes PCR, satu di antaranya Reagen kit.

"Saat kemarin ada pengumuman harga PCR turun lagi jadi Rp 275 ribu, saya kontak prof Aryati (Ketum PDS Patklin) dan juga temen-temen dari ILKI, jawabannya 'kita sudah tidak tau harus apalagi pak Randy, kita sudah khawatir' jadi mungkin kita siap-siap buka toko bunga ya kalau turun lagi harganya," beber Randy.

Atas hal itu dirinya mendorong pemerintah untuk bisa saling bersinergi dan saling membantu satu sama lain antar stakeholder dalam upaya sama-sama melawan penyebaran virus pandemi Covid-19.

Sebab kata dia, upaya yang dilakukan penyedia Faskes swasta dan pemerintah itu sama, yakni sama-sama berjuang untuk masyarakat.

"Ayoklah kami siap bantu pemerintah, tetapi mohon pemerintah bantu kami supaya kami bisa bantu pemerintah dan bisa bantu masyarakat melawan Covid-19 ini gitu ya," ucap Randy.

"Saya kira juga mungkin barangkali karena ini adalah kepentingan buat kita semua, bahwa kita juga masyarakat kita juga selalu berjibaku memikirkan bagaimana masyarakat mendapatkan pelayanan yang baik untuk bisa menang lawan Covid-19 ini," tukasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini