Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Relawan pangkas rambut Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Antony Gie, tersentuh ketika melihat banyak tenaga kesehatan (nakes) di sana yang belakang telinganya luka dan lecet saat awal rumah sakit tersebut beroperasi.
Gie telah menjadi relawan pangkas rambut di rumah sakit tersebut sejak April 2020 hingga kini.
Dia mengatakan luka-luka di belakang telingan para nakes tersebut ia lihat ketika sedang memangkas rambut mereka.
Menurutnya, luka-luka tersebut kemungkinan akibat lamanya durasi para nakes memakai masker berlapis-lapis dan APD ketika itu.
Di samping itu, ia juga menduga para nakes saat itu belum mengetahui caranya mengakali masker agar tidak membuat lecet.
Baca juga: Cerita Nida Fadhillah, Perawat yang Menemukan Jodohnya Saat Menjadi Relawan di RSDC Wisma Atlet
Hal tersebut diungkapkannya saat Talkshow Menuju Hari HAM Sedunia 2021 bertajuk Cerita di Balik Wisma Atlet yang digelar Komnas HAM secara virtual pada Jumat (12/11/2021).
"Jadi di antara kuping ini pada luka-luka, lecet karena masker. Karena berjam-jam pakai masker dan berlapis-lapis, sampai lecet-lecet itu. Saya banyak menemukan teman-teman nakes yang turun ke red zone (zona merah) yang dalam keadaan seperti itu dengan muka lelahnya," kata Gie.
Gie menceritakan motivasinya menjadi relawan non medis di Wisma Atlet adalah keinginan sederhananya untuk ikut membantu dengan apa yang bisa ia lakukan agar pandemi cepat berakhir dan bisa kembali ke kehidupan normal.
Pria yang sebelum menjadi relawan bekerja sebagai hair stylist khusus anak itu mengatakan pada pertengahan Maret 2020 ketika covid-19 mulai melanda Indonesia keadaan di tempat kerjanya mencekam.
Pada akhir Maret 2020, ia dan rekan-rekannya sudah dirumahkan.
Sebenarnya, ketika itu ia punya pilihan untuk pulang ke kampung halamannya.
Namun, kata dia, ketika itu sudah sulit untuk mencari transportasi ke kampung halamannya.
Ia pun merasa stres dan takut.
Saat itu, ia akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri menjadi relawan daripada harus merasakan stres karena terkurung.
Singkat cerita, pada Mei 2020 ia diperbolehkan mendonasikan tenaga dan keahliannya untuk menjadi relawan pangkas rambut para nakes di RSDC Wisma Atlet Kemayoran berkat bantuan temannya.
"Pada saat itu kan semua orang pada berdonasi, pada kasih ini itu, saya tidak punya apa-apa, saya hanya punya itu saja. Punya tenaga saja. Saya berdonasi tenaga saja lah, pada saat itu," kata Gie.
Gie bersyukur ternyata inisiatifnya disambut baik.
Saat itu, ternyata banyak relawan nakes yang benar-benar diisolasi dan tidak bisa keluar sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangkas rambut pun sulit terpenuhi.
Gie bersyukur apa yang ia lakukan tersebut adalah keputusan tepat dan disambut antusias.
Saking antusiasnya, ia pun harus membuka donasi jasanya dari pagi hingga menjelang malam.
Banyak para nakes yang datang meminta bantuannya memangkas rambut merupakan nakes yang bertugas di zona merah RSDC Wisma Atlet Kemayoran.
Selain datang dengan luka di belakang telinganya, kata Gie, mereka juga kerap datang dengan wajah lelahnya.
"Tapi pada saat kami menggunting, rambutnya rapih, wajah lelahnya itu tersenyum, kita puas," ungkap Gie.