News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Ancaman Omicron, Asosiasi Medis Dunia Ingatkan Varian Baru Covid-19 Sama Mematikannya dengan Ebola

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona. Ancaman Omicron, Asosiasi Medis Dunia Ingatkan Varian Baru Covid-19 Sama Mematikannya dengan Ebola

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Asosiasi Medis Dunia (WMA) telah memberi peringatan keras bahwa mutasi lebih lanjut dari virus corona dapat 'melahirkan' varian yang menular seperti Delta dan mematikan seperti virus Ebola.

Ketua Masyarakat Dokter Global Asosiasi Medis Dunia (WMA), Frank Ulrich Montgomery pun menyampaikan kekhawatirannya itu pada Sabtu kemarin.

Ia menekankan pentingnya untuk tidak 'memberikan kesempatan bagi virus' untuk bermutasi lebih jauh.

Baca juga: Fakta-fakta Varian Baru Covid-19 Omicron, Miliki Lebih dari 30 Mutasi Protein Lonjakan

Baca juga: Epidemiolog Sebut Varian Baru Covid-19 Omicron 500 Persen Lebih Menular Dibanding Virus Corona Awal

"Demi mencapai ini, mungkin perlu untuk terus 'memvaksinasi dunia selama bertahun-tahun' yang akan datang," kata Montgomery.

Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (28/11/2021), efek mengerikan virus Ebola saat menginfeksi manusia, kata dia, dapat ditandingi oleh varian baru Covid-19 ini, mengacu pada varian Omicron.
https://www.rt.com/news/541495-covid-strain-deadly-as-ebola/
Perlu diketahui, Ebola kali pertama ditemukan pada 1976 di Sudan Selatan dan Republik Demokratik Kongo.

Hingga saat ini, wabah tersebut merupakan yang paling mematikan, saat terjadi di Afrika Barat pada 2014 hingga 2016, Ebola telah merenggut lebih dari 11.000 nyawa.

Baca juga: Tangani Ebola di Kongo, 21 Petugas WHO Terlibat Pelecehan Seksual

ILUSTRASI virus mematikan dan petugas medis. 16 Penyakit yang Berpotensi Jadi Pandemi Selanjutnya, Termasuk Nipah, Virus Hendra hingga Ebola (AFP)

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit yang dibawa oleh virus ini menyebabkan penderitanya mengalami demam parah dan pendarahan internal, dengan tingkat kematian rata-rata mencapai sekitar 50 persen.

Sementara itu, beberapa strain Covid-19 yang diketahui, telah menyebabkan kematian pada 90 persen dari semua kasus yang menakutkan.

Saat ditanya tentang situasi di tanah airnya, Jerman, Montgomery memperingatkan bahwa jumlah infeksi Covid-19 kemungkinan akan berlipat ganda dalam sepuluh hari mendatang.

Ia juga menyerukan pengenalan tindakan yang lebih ketat di negara itu, dan mendesak pihak berwenang untuk menutup semua pasar Natal dan melarang perayaan serta momen pelepasan kembang api yang memicu keramaian.

"Jika gelombang keempat Covid-19 masih belum mereda, penutupan dan pemberlakuan sistem penguncian (lockdown) pada bisnis nasional kemungkinan akan diperlukan," jelas Montgomery.

Montgomery menekankan bahwa setiap tindakan yang diambil saat ini hanya akan memiliki efek nyata dalam waktu dua minggu.

"Bersamaan dengan kampanye vaksinasi, penundaannya bisa selama enam minggu," katanya.

Prediksi suram ini muncul setelah penemuan strain Omicron baru di Afrika Selatan.

Pada Jumat lalu, WHO secara resmi telah menetapkan Omicron sebagai 'varian yang menjadi perhatian'.

Sedangkan para ilmuwan kini masih mempelajari varian baru ini, namun yang dikhawatirkan adalah bahwa varian yang sangat bermutasi ini berpotensi lebih menular dibandingkan pendahulunya, termasuk Delta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini