TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasien pertama yang terpapar varian Omicron disebut menyebarkan virus karena memakai masker katup, yaitu masker dengan katup pernapasan satu arah pada bagian depan.
Masker katup awalnya ditujukan untuk pekerja industri, agar para pekerja bisa bernapas lebih mudah di pabrik.
Selain itu, katup pada bagian depan masker juga dapat mengurangi panas dan lembap di dalam masker, sehingga lebih nyaman dipakai dalam waktu lama.
Meski begitu, CDC dan WHO tidak merekomendasikan masker katup untuk digunakan dalam aktivitas sehari-hari karena katup pada masker membuat aliran udara bisa dengan mudah keluar dan masuk.
Masker katup mampu menyaring debu, polusi, dan partikel kecil lainnya.
Namun, masker katup atau ventilasi tidak bisa menyaring hembusan napas dengan baik.
Selain itu, peneliti menemukan bahwa droplet dapat melewati dan menembus katup tanpa filter, sehingga berpotensi menyebarkan virus ketika mengembuskan napas.
Mengingat pandemi Covid-19 yang masih belum usai, CDC merekomendasikan jenis masker yang dapat digunakan masyarakat umum untuk mencegah penyebaran virus ketika beraktivitas sehari-hari.
Baca juga: Panitia: Varian Baru Covid-19 Omicron Jadi Pertimbangan Dibatalkannya Reuni 212 di Patung Kuda
Di antaranya adalah masker medis atau masker bedah yang menutupi hidung, mulut dan dagu.
Selain itu, disarankan juga untuk menyilangkan tali masker agar lebih rapat menutupi saluran pernapasan.
Masker ganda atau masker medis yang digunakan rangkap dengan masker kain juga direkmendasikan karena diyakini dapat memblokir virus lebih baik.
Disarankan untuk mengganti masker setiap 4 jam sekali, atau ketika masker sudah kotor, basah, atau rusak.
Artikel ini sudah pernah tayang di Kompas.tv dengan judul Kenapa Masker Katup Tak Efektif Cegah Covid-19? Ini Alasannya
>