News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Sudah Vaksin Dua Kali, Bisakah Terhindar Varian Omicron Hingga Tahun Depan? Ini Penjelasan Ahli

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi vaksinasi. Sudah Vaksin Dua Kali, Bisakah Terhindar Varian Omicron Hingga Tahun Depan? Ini Penjelasan Ahli

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Varian Omicron asal Afrika Selatan telah ditetapkan sebagai Varian of Concern (VOC) oleh WHO.

Hal ini tentu menjadi pertanda varian tersebut cukup mengkhawatirkan.

Apalagi beberapa pakar mengemukakan jika varian Omicron punya kemampuan menular lebih cepat.

Baca juga: Daftar Negara Dilarang Masuk Indonesia Buntut Varian Omicron dan Ketentuan Karantina bagi WNI/WNA

Baca juga: Epidemiolog Ingatkan Indonesia Masih Rawan Pandemi Covid-19 karena Sebaran Vaksin Belum Merata

Muncul tanda tanya bagi masyarakat, apakah sudah vaksin dua kali tetap dapat melindungi tubuh dari varian Omicron?

Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman, situasi ini bergantung pada durasinya.

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. (dok pribadi)

"Kalau sudah dosis kedua suntikan, secara sains terkini ada masa proteksi imunitas yang optimalnya tujuh bulan kurang lebih," ungkapnya pada dalam Dialog dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) -KPCPEN, Selasa (30/11/2021).

Dan situasi ini kata Dicky juga berlaku pada penyintas Covid-19. Antibodinya terbentuk selama tujuh bulan.

Baca juga: Antisipasi Omicron, Serikat Pilot Inggris Minta Pemerintah Siapkan Dana Musim Dingin Jelang Natal

Baca juga: Penjelasan Kemenkes soal Covid-19 Varian Omicron, dari Tingkat Keparahan hingga Kemanjuran Vaksin

Hanya saja bedanya, imun yang terbentuk dengan vaksinasi, lebih konsisten, kuat dan komprehensif.

Situasi ini membuat seseorang harus divaksin.

Ilustrasi virus corona (Freepik)

Bahkan pada penyintas pun setelah masa isolasi karantina selesai disarankan untuk segera divaksinasi.

"Nah artinya, kalau melihat itu tujuh bulan kurang lebih dalam proteksi yang maksimal. Bukan berarti setelah tujuh bulan langsung kena. Tidak begitu," katanya lagi.

Menurutnya ada sedikit kompleksitas dalam imunologi. Diduga kuat setelah tujuh bulan, ada peran sel memori pada tubuh.

Sehingga bisa saja memberikan perlindungan sampai satu tahun atau kurang.

"Ini terbukti di Afrika Selatan, anak-anak ada yang beberapa sudah divaksinasi dan terinfeksi Omicron. Tapi masih punya proteksi. Namun untuk menjawab bisa sampai satu tahun ini yang tampaknya kita harus bersabar," pungkasnya.

Dicky pun mengatakan untuk mereka yang telah divaksin setelah tujuh bulan yang lalu, sambil menunggu booster, diharapkan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Lalu berupaya untuk meminimalisir mobilitas.

Enam Fakta WHO tentang Varian Omicron

WHO telah menyatakan Omicron sebagai VOC atau variant of concern karena meningkatkan kewaspadaan yang tinggi

Mantan petinggi WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut, WHO pada 28 November telah menginformasikan enam analisa tentang kemungkinan dampak varian ini.

Mulai dari penularan hingga efektivitas vaksin Covid-19.

Pelancong internasional yang mengenakan alat pelindung diri (APD) tiba di Bandara Tullamarine Melbourne pada 29 November 2021 saat Australia mencatat kasus pertama varian Omicron dari Covid-19 (AFP)

Pasca penetapan varian asal Afrika Selatan ini, sejumlah negara termasuk Indonesia melakukan upaya pencegahan dengan menutup bandara dari kedatangan WNA dari negara yang sudah terdeteksi Omicron.

Seperti diketahui, per kemarin kasus akibat Omicron sudah ditemukan di semua lima benua di dunia.

"Ada laporan kasus dari Kanada di benua Amerika dan juga dari Australia Hal ini tentu membuat kita memang perlu ekstra waspada dan hati-hati," ungkap ahli penyakit paru, Prof Tjandra Yoga Aditama.

Berikut fakta yang diungkap WHO juga ulasan pakar yang dirangkum Tribunnews.com

1. Penularan

Belum terlalu jelas sekali apakah Omicron memang lebih mudah menular katimbang varian lain, termasuk Delta.

Tetapi memang jumlah orang yang positif varian ini terus meningkat di Afrika Selatan, dan perlu studi epidemiologi mendalam tentang hal ini.

2. Beratnya penyakit.

Ada tiga hal yang masih perlu pendalaman lebih lanjut.

Pertama, belum terlalu jelas apakah Omicron mengakibatkan sakit lebih berat. Data awal memang menunjukkan dugaan ada peningkatan masuk RS di Afrika Selatan, tapi harus diteliti lebih lanjut analisanya.

Kemudian juga sejauh ini tidak ada (atau setidaknya belum ada) informasi ilmiah yang menyebutkan gejala akibat Omicron berbeda dengan akibat varian lain.

Ilustrasi pasien corona dalam satu ruangan. (Chinatopix, via Associated Press)

Serta emang ada laporan awal dari data mahasiswa bahwa kaum muda cenderung keluhannya lebih ringan, tapi kepastian dampat beratnya varian Omicron baru akan ada dalam beberapa hari atau minggu kedepan.

"Kita sudah ketahui, semua varian Covid-19 sejauh ini dapat menimbulkan penyakit berat dan kematian apalagi pada kelompok rentan (Lansia, komorbid, gangguan imunitas lain). Jadi sambil menunggu data ilmiah lebih lengkap maka kita harus terus waspada dan pencegahan (3M, 3T dan vaksinasi) tetap merupakan hal utama," pesan Prof Tjandra.

3. Kemungkinan Infeksi Ulang

Data awal memang menunjukkan, infeksi varian Omicrom meningkatkan risiko Infeksi ulangan, seseorang yang sudah sakit dan sembuh kemudian jatuh sakit lagi.

4. Efektifitas Vaksin

WHO masih terus menganalisa hal ini bersama para pakar di dunia.

5. Efektifitas test PCR

Sejauh ini test PCR masih dapat mendeteksi Infeksi COVID-19, termasuk akibat Omicron.

"Sekarang penelitian masih terus berjalan, termasuk ada tidaknya kemungkinan dampak pada rapid antigen tes," imbuhnya.

Ada berita lain tentang kemungkinan Gene S yang mungkin sulit terdeteksi dengan PCR walau ada dua kelompok Gene lain yang masih terdeteksi, walaupun ini masih perlu penelitian lebih lanjut

6. Efektifitas pada Pengobatan

Sesuai dengan Pedoman Pengobatan WHO tanggal 24 November 2021 atau dua hari sebelum Omicron dinyatakan sebagai VOC, maka Kortikosteroid dan IL6 Receptor Blockers masih tetap efektif untuk menangani pasien Covid-19 yang berat dan parah. Tentu perlu analisa lebih lanjut tentang kalau mungkin ada dampaknya pada varian Omicron.

Pakar UGM Sebut Omicron Belum Terbukti Lebih Menular dari Varian Delta
Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr. Gunadi,Sp.BA., Ph.D., mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan terhadap kemunculan varian omicron.

Meski demikian, tetap waspada jika varian ini terdeteksi di tanah air.

“Masyarakat sebaiknya tetap waspada tapi tidak perlu khawatir berlebihan. Apalagi pemerintah sudah melakukan langkah-langkah preventif termasuk menutup bandara untuk WNA dari negara dimana varian omicron terdeteksi,” kata Gunadi dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa (30/11/2021).

Gunadi mengatakan, virus Covid-19 akan terus bermutasi dengan memunculkan varian-varian baru dengan tingkat keganasan dan daya penularan yang berbeda satu sama lain.

Namun sampai saat ini varian Omicron belum terbukti lebih menular dan berbahaya dari varian Delta.

“Belum ada bukti yang kuat. Yang ada buktinya adalah reinfeksi, tapi itupun masih minimal buktinya,” paparnya.

Meski masih minim penelitian tentang varian ini, ia sepakat dengan rekomendasi dari WHO yang menyarankan agar varian baru ini patut diwaspadai. “Tetap diminta waspada oleh WHO,” jelasnya.

Menurutnya, vaksin dan penerapan protokol kesehatan ketat menjadi kunci dalam mencegah penularan tiap ada varian baru Covid-19.

Kedua strategi ini merupakan cara efektif untuk mencegah infeksi varian omicron.

“Sampai sekarang belum ada bukti yang menyatakan bahwa vaksin tidak efektif untuk omicron. Perlu waktu untuk membuktikannya,”tegasnya.

Seperti diketahui, per kemarin kasus akibat Omicron sudah ditemukan di semua lima benua di dunia.

"Ada laporan kasus dari Kanada di benua Amerika dan juga dari Australia Hal ini tentu membuat kita memang perlu ekstra waspada dan hati-hati," ungkap ahli penyakit paru ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini