Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pandemi covid-19 belum berakhir. Para ahli percaya telah mengidentifikasi banyak mutasi pada varian baru.
Terutama pada bagian dari virus yang memasuki sel manusia. Satu di antaranya adalah varian delta yang membuat penularan jadi lebih cepat.
Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro, varian Delta pertama kali didokumentasikan di India pada Oktober 2020. Dan merupakan varian yang paling dominan.
Baca juga: Dokter Reisa: 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Pandemi Covid-19, Ini Syaratnya
Baca juga: Wall Street Berubah Menjadi Merah Gara-gara Omicron Masuk AS
Lalu baru-baru ini WHO telah mengidentifikasi varian Omicron sebagai jenis Varian of Concern (VOC). Banyak kekhawatiran yang muncul dari varian ini.
Namun menurut Reisa, sejauh ini masih ada kabar baik terkait varian Omicron.
Cara pengobatan pada varian omicron menurut WHO masih efektif. Bahkan dalam menangani pasien Covid-19 yang parah.
"Cara pengobatan saat ini menurut WHO masih efektif dalam menangani pasien Covid-19 yang parah," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Kamis (2/12/2021).
Di sisi lain, untuk prosedur pasien tanpa gejala dan ringan bisa melakukan prosedur yang biasa. Yaitu bisa melakukan isolasi mandiri di rumah.
"Untuk pasien tidak bergejala dan ringan diminta isolasi mandiri paling tidak 10 hari dengan konsultasi dokter atau puskemas," ungkapnya lagi.
Di sisi lain, WHO meminta negara anggota nya termasuk Indonesia berkontribusi dalam berbagai data karakter klinis. Tujuannya agar karakter varian dapat segera dianalisis secara bersama.
Oleh karena itu, upaya tes dan pelacakan virus harus tetap konsisten di angka yang tinggi. Yaitu minimal 1 tes perseribu orang perminggunya.
"Kemarin saja di seluruh Indonesia, ada 208.099 orang dites. Lebih dari cukup mendeteksi seberapa tinggi atau rendahnya penularan covid di Indonesia," kata Reisa lagi.
Berkat angka tes yang tinggi, pemerintah dapat mempercayai data yang menunjukkan tingkat konfirmasi positif perhari selama seminggu terakhir.
Reisa menyebutkan tingkat konfirmasi saat ini berada di bawah 1 persen hingga kisaran 0,2 persen