TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan virus Corona varian Omicron ke dalam daftar variant of concern atau varian yang menjadi perhatian.
Varian ini pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada November 2021, lalu.
Kini, Omicron telah menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Kasus Covid-19 baru-baru ini juga mengalami peningkatan.
Pada Sabtu (15/1/2022), pemerintah mengumumkan data penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia sebanyak 1.054 pasien.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih, sudah meminta para tenaga kesehatan (nakes) bersiap menghadapi ancaman lonjakan kasus Omicron di Indonesia, yang puncak kasusnya diprediksi terjadi pada awal Februari mendatang.
”Yang kami lakukan adalah mengingatkan kawan-kawan di daerah untuk bersiap-siap," kata Daeng dalam diskusi bertajuk 'Bersiap Hadapi Gelombang Omicron' yang disiarkan secara daring, Sabtu (15/1/2022), sebagaimanan diberitakan Serambinews.com.
Daeng juga meminta para tenaga medis bekerja mematuhi protokol kesehatan dan berhati-hati.
Baca juga: Masyarakat Diminta Waspada terkait Prediksi Puncak Gelombang Ketiga Covid-19 Februari 2022
Baca juga: Omicron Melonjak Jadi 748 Kasus, 155 diantaranya Transmisi Lokal
Dia berharap tidak ada lagi tenaga kesehatan yang gugur dalam peperangan melawan Covid-19.
"Kemudian kawan-kawan di daerah untuk menghadapi ini dengan sangat hati-hati karena kita tidak mau kita sudah berjibaku membantu dan kemudian kita terpapar sakit dan banyak yang gugur," ungkapnya.
Daeng menuturkan, meskipun kasus Omicron telah terdeteksi, tetapi bergejala ringan.
Ia meminta tenaga kesehatan di daerah tetap bersiaga terhadap lonjakan kasus Corona dan meningkatkan pelayanan.
Di saat yang sama Daeng meminta pemerintah lebih memperketat pintu masuk negara dari luar negeri.
Menurutnya, langkah itu diperlukan untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron.
"Jadi data di Indonesia 75 persen (kasus varian omicron, red) dari perjalanan luar."
"Ini mengisyaratkan seharusnya kita perketat dari luar kalau enggak nanti nambah lagi," kata Daeng.
Menurut Daeng, kalau perlu pemerintah benar-benar menutup pintu masuk ke tanah air dari seluruh negara, tidak hanya dari belasan negara yang telah ditemukan varian baru Covid-19.
"Benar itu dicabut."
"Tapi seluruh negara dari manapun diperketat baik WNI atau WNA," ungkapnya.
Masyarakat Diimbau Tetap Waspada
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan seluruh pihak diminta untuk tetap waspada, namun tidak perlu panik.
Hal ini lantaran lonjakan kasus akibat Omicron yang masuk rumah sakit akan jauh lebih rendah daripada Delta.
"Kita tetap waspada dan hati-hati, kita harus siaga. Namun tidak perlu panik, karena kasus yang masuk RS akan jauh lebih rendah dibandingkan dengan kasus sebelumnya pada saat gelombang Delta," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers daring, Selasa (11/1/2022) malam, seperti dikutip dari Kompas TV.
Sebelumnya, Budi juga mengatakan bahwa pasien konfirmasi Omicron tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Salah satu alasannya karena mayoritas pasien terkonfirmasi Omicron memiliki gejala ringan dan tidak bergejala.
Fakta tersebut, kata Menkes didapat dari jumlah pasien konfirmasi per Senin (10/1) di Indonesia sebanyak 414 orang yang didominasi dengan gejala ringan hingga tanpa gejala.
"Dari total 414 kasus terkonfirmasi Omicron, 99 persen gejalanya ringan dan tanpa gejala. Sementara yang masuk kategori sedang atau butuh perawatan oksigen hanya dua orang," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Senin (10/1/2022).
Lebih lanjut, Budi menerangkan bahwa saat ini pasien terkonfirmasi Omicron hanya perlu menjalani isolasi mandiri di rumah dengan mendapatkan obat melalui layanan telemedicine.
Kendati demikian, Kemenkes memprediksi puncak kasus varian Omicron di Indonesia akan terjadi Februari 2022.
Baca juga: Indonesia Catat Kasus Baru Covid Tertinggi di Januari 2022, Tembus 1.054 Kasus, Jakarta Sumbang 720
Baca juga: Pemerintah: Total WNI di Luar Negeri yang Terkonfirmasi Covid-19 Capai 7.963
Lonjakan kasus itu diprediksi bisa mencapai 60 ribu kasus dalam sehari.
Prediksi jumlah itu lebih tinggi dari penambahan kasus harian yang terjadi akibat varian Delta pada 15 Juli dengan 56.757 kasus.
Sementara itu per 8 Januari Kemenkes mencatat sebaran kasus Omicron di Indonesia telah mencapai 414 kasus, mayoritas imported case dan 50 di antaranya sudah menjadi kasus transmisi lokal di masyarakat.
Namun berdasarkan data Lembaga Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) per 12 Januari, kasus Omicron di Indonesia sudah mencapai 432 kasus.
(Tribunnews.com/Yurika)(serambinews.com)(Kompas TV/ Nurul Fitriana)