Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap adanya gelombang kenaikan kasus Covid-19, maka akan memperkecil kasus varian sebelumnya.
Sebab, varian of concern (VOC) memiliki karakter cepat menular, lebih mudah menginfeksi, otomatis akan lebih dominan.
Hal ini diungkapkan oleh ahli epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman. Misalnya, ketika varian Alpha muncul, maka varian sebelumnya akhirnya terkalahkan.
Baca juga: 365 Pasien Covid-19 Meninggal Sejak Omicron Masuk ke Indonesia, Paling Besar dari 3 Kelompok Ini
Baca juga: DKI Jakarta, Banten, Bali Miliki Kasus Covid-19 Melebihi Puncak Gelombang Delta
"Kemudian Alpha terkalahkan oleh Delta yang lebih lagi dalam kemampuan menginfeksi. Lebih cepat, mudah dan menginfeksi. Delta dibandingkan Omicron lebih cepat dalam menginfeksi," ungkapnya pada Tribunnews, Senin (7/2/2022).
Dari sini kita memiliki pesan penting. Pertama, varian yang muncul tidak dapat terhindarkan. Selama membiarkan virus terus menginfeksi bisa bermutasi dan melahirkan varian.
Kedua, varian yang muncul bisa berpotensi lebih mudah menginfeksi. Karakter varian sebelumnya berbeda dengan Omicron yaitu bisa menginfeksi orang yang belum divaksin. Bahkan yang sudah divaksinasi.
"Omicron jelas bukan varian terakhir. Dan karena masih terlalu banyak penduduk di dunia belum memiliki imunitas, masih banyak negara ini yang belum memitigasi mencegah orang supaya tidak terinfeksi," kata Dicky menambahkan.
Baca juga: PPKM Jawa-Bali Berakhir Hari Ini, Ini Data Kasus Covid-19 hingga Anies Usul Jakarta Naik ke Level 3
Jadi selama virus ini memiliki peluang menginfeksi orang, maka ia mempunyai peluang untuk bermutasi. Di sisi lain perlu diketahui jika virus tidak melemah.
"Evolusi tidak melemah virus. Yang membuat terkesan melemah adalah karena imunitas dari manusia. Lanskap imunitas dari negara, daerah makin bagus. Artinya trush hold immunity makin tercapai," papar Dicky lagi.