News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Mengapa Perlu PPKM Saat Penularan Virus Covid-19 di Masyarakat Sedang Tinggi? Ini Ulasan Ahli

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Memasuki libur akhir pekan kawasan wisata Kota Lama Semarang mulai ramai pengunjung, Jumat (17/12/21). Penurunan menjadi level I pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berimbas terhadap dibukanya kembali kawasan pariwisata, ruang publik di sejumlah daerah, termasuk Kota Semarang, Jawa Tengah. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pemerintah akhirnya menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)  level 3 di beberapa daerah di Indonesia. Pembatasan sosial seperti ini memang amat diperlukan. Mengapa?

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama.

Baca juga: 5 Faktor Penentu Pengetatan dan Pelonggaran dalam PPKM Menurut Prof Tjandra Yoga Aditama

Baca juga: Tiga Potensi Bahaya Saat Angka Penularan Covid-19 di Masyarakat Tinggi

Peningkatan level PPKM menjadi tiga bertujuan menekan angka penularan di masyarakat yang terus makin tinggi dari hari ke hari.

"Hal ini memang amat diperlukan karena setidaknya ada tiga potensi bahaya dengan meningkat tingginya penularan COVID-19 di masyarakat," ungkap Prof Tjandra dalam keterangan resmi, Selasa (8/2/2022).

Pertama, dengan makin banyaknya kasus maka tentu secara proporsional akan makin banyak juga yang sakit sedang atau berat. Setidaknya membuat beban pelayanan kesehatan makin meningkat.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama dalam Talkshow virtual bersama Tribunnews.com, Jumat (23/7/2021). (tangkapan layar)

Apalagi sudah dikhabarkan dua hari yang lalu bahwa sudah mulai banyak petugas kesehatan yang tertular COVID-19.

Artinya, penularan di masyarakat harus ditekan. Agar jumlah yang kasus sedang berat juga dapat dikendalikan.

Selain itu pelayanan rumah sakit juga dapat lebih optimal. Jangan sampai kejadian Juni dan Juli tahun yang lalu terjadi lagi.

Kedua, beberapa waktu yang lalu Direktur Jenderal WHO Dr Tedros secara jelas menyebutkan bahwa “more transmission of COVID-19 means more deaths".

Baca juga: Omicron Bukan Tanda Akhir Pandemi Covid-19, Diprediksi Bakal Ada Varian Baru, Bagaimana Dampaknya? 

Baca juga: Jabodetabek PPKM Level 3, Inmendagri Atur Sektor-sektor yang Dikenakan WFO Maksimal 25 Persen

"Kita dengan amat sedih mengetahui bahwa kemarin, 7 Februari 2022, ada 82 orang warga kita yang wafat akibat COVID-19, meningkat lebih dari 15 kali dalam sebulan, dari 7 Januari 2022 dimana kita bersedih karena 5 warga kita wafat ketika itu," kata prof Tjandra lagi.

Pengendalian penularan di masyarakat merupakan salah satu upaya penting untuk menekan kasus berat yang dapat menimbulkan kematian.

Ketiga, kalau penularan di masyakat sedang tinggi seperti saat ini, maka virus harus ber replikasi untuk terus memperbanyak diri dalam penularan ini.

Pada waktu virus berreplikasi maka dapat saja terjadi mutasi, dan kalau mutasi berkepanjangan maka ini dapat berpotensi menimbulkan varian baru.

"Jadi pengendalian penularan di masyarakat juga akan amat berperan untuk mencegah timbulnya lagi varian-varian baru di masa datang," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini