News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Ahli: Kemungkinan Lonjakan Kasus Covid Diprediksi Tinggal 25 Hari Lagi, Awal Maret Segera Turun

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dr Windhu Purnomo.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan pada beberapa data, varian Omicron memiliki karakter yang sangat cepat menular. Hal ini mengakibatkan tramisi meningkat cukup tinggi. 

Bahkan pada puncak gelombang, diprediksi bisa melebihi varian Delta.

Hal ini diungkapkan oleh Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo.

Lonjakan gelombang kedua oleh varian Delta terjadi pada pertengahan tahun 2021.

Namun melihat jumlah kasus saat ini, Windhu menyebutkan varian Omicron bisa 2-3 bahkan 4 kali lipat dari sebelumnya. 

Namun menurut Windhu, lonjakan kasus ini tidak akan berlangsung lama.

Maksimal paling lama adalah 65 hari. Hal ini jika melihat dari beberapa negara yang sedang menghadapi varian Omicron.

Baca juga: Pakar Epidemiologi: Omicron Bukan Varian Terakhir

"Tapi maksimum 65 hari. Jadi di Amerika sekitar 65 hari, tidak sampai. Tapi di India, sekitar 30 hari. Kemudian Inggris itu 37 hari, Afrika Selatan 42 hari. Kisaran 30 hari,mulai naik sampai mencapai puncak total 65 hari lah," ungkap Windhu pada webinar virtual, Sabtu (12/2/2022).

Sedangkan untuk Indonesia terhitung saat ini, menurut Windhu sudah 41-42 hari untuk gelombang ketiga.

Jika mengambil waktu maksimal, kemungkinan lonjakan kasus diprediksi tinggal 25 hari lagi. 

"Kalau ngambil paling panjang 65 hari, tinggal 25 hari lagi. Perkiraannya paling lama. Mudah-mudahan lebih cepet. Jadi di akhir Februari atau awal Maret puncak dan segera turun," papar Windhu menambahkan.

Tanda-tanda penurunan tersebut telah ada di beberapa daerah, misalnya DKI Jakarta. Kenaikan kasus yang begitu cepat, menandakan akan mendekati akhir puncak. 

"Jadi setelah itu dia turun. nah kabar baik adalah bahwa peningkatan kasus sangat tinggi itu tidak disertai dengan peningkatan tajam hospitalisasi dan kematian," pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini