News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Pakar Epidemiologi Imbau Pelonggaran Jangan Dilakukan Secara Terburu-buru, Harus Terukur

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman.

Laporan Wartawan Tribunnews.com - Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memasuki tahun ketiga covid-19 ini tentu kita sadari perlukan upayakan pemulihan dari semua sektor. 

Hal ini disampaikan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.

Tidak hanya kesehatan, tapi juga sektor lainnya termasuk ekonomi, sosial, dan politik. Tidak hanya dilakukan pada level negara, tapi juga global. 

Namun, tentu aspek kesehatan harus tetap menjadi rujukan utama. Jangan sampai pemulihan sektor lain malah memperburuk situasi. 

Baca juga: Pakar Epidemiologi: Pemerintah Harus Lakukan Persiapan Jika akan Transisi Pandemi ke Non Pandemi

Ia pun menekankan adanya pelonggaran seperti tes untuk perjalanan domestik sudah ditiadakan, bukan berarti situasi sudah aman. 

"Tapi setidaknya ada landasan yang memadai. Dalam hal ini imunitas yang menjadi bumper atau jangka pengaman. Tapi itu tidak cukup. Jadi harus penting menjaga terus secara konsisten," ungkapnya pada Tribunnews, Sabtu (12/3/2022).

Tentunya diperkuat dengan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, menjaga kapasitas dan sebagainya. Ini penting sekali karena bagaimanapun pun situasi masih situasi kritis. 

"Karena masih dominan mayoritas provinsi kita positivity rate di atas 5 persen. Bahkan indikator telat seperti hunian rumah sakit, angka kematian ini mayoritas di daerah kita secara level provinsi, tren meningkat," tekan Dicky.

Tidak meningkat tajam, tapi ini jadi pesan yang sangat serius. Situasi saat ini menurutnya masih belum aman melakukan begitu banyak pelonggaran. 

Pelonggaran yang dilakukan harus bertahap, terukur, berbasis analisis risiko berkala dan tentu konteks disesuaikan kesiapan daerah. Tidak tidak dapat digeneralisasi.

"Dan salah satu yang menjadi catatan adalah kehadiran varian sub BA.2. karena lebih bersifat cepat menular, 4 kali delta, virologi 10 lebih banyak dari BA.1 tentu harus jadi catatan," tegasnya.

Ia pun menyebutkan sebagai bukti jika sub varian ini dapat menimbulkan angka kesakitan dan kematian adalah pada Hongkong. 

"Terutama pada kelompok rawan. Ini harus disadari. Kelompok rawan kita banyak. tidak hanya lansia dan komorbid, tapi dari sisi pekerjaan, dari kondisi geografis. Ada kepulauan, terbatas secara akses dan lain lain," pungkas Dicky.

Pelonggaran, tidak bisa dilakukan secara terburu buru. Apa lagi status booster masih di bawah 10 persen. Dan ini penting untuk era omicron plus berikutnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini