Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Virus Covid-19 seperti yang diketahui secara alami akan terus melakukan proses mutasi. Yang kemudian menimbulkan varian baru.
Terbukti, belum selesai gelombang ketiga karena varian Omicron, telah ada publikasi ilmiah munculnya varian BA.2 .
Dalam publikasi tersebut dikatakan jika varian lebih cepat menular dibandngkan BA.1 atau BA.1.1
Baca juga: Ilmuwan Konfirmasi Temuan Varian Covid-19 Deltacron, Apakah Lebih Berbahaya?
Baca juga: Risiko Kematian Akibat Varian Omicron di Korea 75 Persen Lebih Kecil dari Delta
Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi.
Menurutnya varian ini sebagian besar mendominasi terjadinya peningkatan kasus di berbagai negara.
"Ada beberapa negara dilaporkan terjadi varian BA.2 membuat peningkatan kasus menjadi dua kali lipat. Dan kemudian menyebabkan peningkatan kasus di berbagai negara," ungkapnya pada acara Power Breakfast di Radio Elshinta, Senin (14/3/2022).
Selain itu beberapa hari lalu, WHO menyatakan adanya varian Deltacron. Suatu varian awal yang baru disampaikan oleh WHO.
Beberapa negara seperti Belanda, Denmark, Prancis dan Amerika Serikat secara laboratorium menemukan bentuk varian lain yaitu kombinasi Delta dan Omicron.
"Tetapi ini baru penemuan awal sekali dari sebuah pemeriksaan whole genomic sikuensing. Namun kita tidak mungkin menolkan kasus Covid-19 pada saat nanti kasus sudah sangat rendah," papar Nadia lagi.
Nadia pun menyampaikan pemerintah telah memunculkan berbagai upaya mitigasi pun digalakkan oleh pemerintah untuk menghadapi varian Covid-19 ke depannya.
Pertama, proteksi kita harus semakin kuat. Makanya langkah yang dilakukan adalah vaksinasi dosis primer harus dilakukan percepatan. Tentunya sebelum muncul varian baru.
Selain itu pemberian booster pun turut dilakukan. Terutama varian baru cenderung menurunkan efikasi vaksin. Sehingga efikasi vaksin di dalam tubuh bisa saja menurun.
Masyarakat pun diminta harus tetap waspada. Ketiga, selain perluasan vaksin Covid-19, deteksi dini lewat testing dan treasing terus dilakukan.
"Kalau keduanya kita lakukan, masyarakat sadar ada gejala, melakukan testing, isolasi mandiri dan melaporkan kepada pelayanan kesehatan akan membatasi penularan," tegasnya.
Membatasi penularan tidak akan membuat virus berkembang dan menimbulkan kluster baru. Apa lagi potensi lonjakan kasus. Dua hal itu menurut Nadia menjadi salah satu upaya mitigasi bersama.
"Tidak hanya bisa dilakukan pemerintah saja prokes sudah dilakukan pelonggaran, tetapi beberapa prokes memakai masker, sampai saat ini masih dihimbau dijalankan masyarakat. Perlu masyarakat memahami beberapa himbauhan," pungkas Nadia.