Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memasuki tahun ketiga, Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan perlu memahami perubahan secara baik.
Melihat dari situasi global, imunitas, dan juga sisi virus itu sendiri. Sehingga bisa menyesuaikan intervensi melalui kebijakan. Semua ini menurut Dicky saling memiliki keterkaitan.
Di sisi lain menurut Dicky menjadi wajar ketika kasus meningkat tinggi. Pertama, varian Omicron dan turunan angka reproduksi mendekati angka 10.
Sehingga efektif untuk menularkan. Virus tidak hanya bersirkulasi di antara yang belum divaksinasi.
Atau hanya sudah divaksinasi dosis pertama.
Bahkan mereka yang telah disuntik dosis lengkap atau ketiga tetap bisa terinfeksi dengan Covid-19.
Hanya saja, jika memiliki imunitas yang memadai, mayoritas bergejala ringan.
"Namun bisa dikatakan jika penularan tetap bisa terjadi. Yang disebut dengan orang sudah melakukan vaksinasi kemudian terinfeksi itu banyak dalam era omicron dan turunannya ini," ungkap Dicky pada Tribunnews, Rabu (8/6/2022).
Ditambah pula dengan perilaku masyarakat yang lebih abai. Selain itu pemerintah juga melakukan pelonggaran. Kombinasi tidak wajib memakai masker di luar ruangan dan sebagainya.
Baca juga: Peneliti Jepang Temukan Dugaan Korelasi Antara Varian Omicron dan Kasus Hepatitis Akut Pada Anak
"Kombinasi ini membuat ekspetasi bahwa kita akan menemukan banyak kasus itu terjadi, wajar," kata Dicky lagi.
Menurutnya harus tetap ada upaya pencegahan. Selain itu, mereka yang terinfeksi jarang menunjukkan gejala harus ada indikator dan menjadi perhatian di rumah sakit.
"Beberapa yang ke rumah sakit sudah dalam keadaan parah. Dalam konteks Indonesia, perlu ada kunjungan rumah, memastikan tidak ada yang sakit, bergejala parah. Tapi tidak dirujuk ke RS. Karena indikator ini akan berkontribusi pada kematian," ujarnya.