Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebutkan jika melihat situasi pandemi beberapa bulan terakhir, jelas bahwa varian Omicron semakin mendominasi.
"Dan yang sekarang muncul itu adalah sub varian di bawah Omicron atau re-kombinan. Yang menunjukkan bahwa varian lain, itu terpinggirkan, terkalahkan oleh Omicron," ungkap Dicky pada Tribunnews, Kamis (9/6/2022).
Dicky menegaskan sekali lagi jika varian Omicron lebih mudah menginfeksi.
Ini menunjukkan bahwa asumsi yang mengatakan virus ini melemah salah besar. Bahkan makin ke sini, virus semakin menguat.
Baca juga: Afrika Selatan Alami Lonjakan Covid Varian Omicron, Rata-rata Kasus Harian Naik dari 300 Jadi 8.000
Hanya yang membedakannya adalah dampaknya bagi setiap wilayah atau negara. Perbedaan ini dipengaruhi modal imunitas dari vaksinasi dan juga kombinasi dari infeksi.
"Itulah yang menjadi proteksi dan harus disadari jika selama kita abai, longgar, tidak konsisten disiplin mencegah terjadinya infeksi, selama itu pula virus ini berkesempatan untuk bermutasi," tegas Dicky.
Jika melahirkan varian yang lebih kuat, itu malah akan merugikan kita. Dan tentunya hal ini yang harus dicegah. Dicky pun mengingatkan jika masih ada wilayah di dunia ini yang melahirkan varian baru.
Situasi ini dikarenakan imunitas yang belum memadai. Oleh karena itu salah satu upaya dari masyarakat adalah menjaga dengan konsistensi protokol kesehatan. Lalu vaksinasi yang diarahkan sekarang menuju tiga dosis.
"Karena kecenderungannya omicron ini memberi pesan penting bahwa defenisi vaksin lengkap ini tiga dosis. Plus nanti booster dosis keempat," tegas Dicky
Ia pun menambahkan adanya tantangan dengan situasi yang terkesan melandai. Biasanya upaya vaksinasi ini menjadi menurun. Untuk mendorong masyarakat adalah dengan komunikasi risiko.
"Membangun persepsi risiko, situasi baik sampaikan. Tapi potensi buruk dan ancaman juga disampaikan. Nah ini yang masih harus ditingkatkan," kata Dicky menambahkan.