TRIBUNNEWS.COM - Kasus Covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan dalam tiga pekan terakhir.
Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito.
Dalam konferensi pers pada Rabu (8/6/2022) lalu, Prof Wiku menuturkan, tren kenaikan Covid-19 dalam tiga pekan terakhir mencapai 31 persen.
Selama tiga pekan terakhir, terjadi kenaikan kasus dari 571 kasus, menjadi 1.814, dan sampai pada 2.385 kasus.
Baca juga: Sebaran Kasus Aktif Covid-19 Jumat 10 Juni 2022 Naik: Jakarta Tertinggi, Aceh Nihil Kasus
Selain itu, Prof Wiku juga menyebut kasus aktif Covid-19 di Indonesia ikut mengalami kenaikan.
Menurutnya, kenaikan kasus Covid-19 terjadi dalam 4 hari terakhir dengan catatan sebanyak 10 persen.
Lantas, bagaimana tanggapan Presiden Jokowi, Menteri Kesehatan, hingga Epidemiolog terkait kenaikan kasus ini?
Jokowi Sebut Kenaikan Covid-19 Masih Terkendali
Menanggapi hal tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, kasus Covid-19 di Indonesia masih terkendali.
Pasalnya angka positivity rate masih berada dalam angka aman.
"Yang paling penting kita berpegangan kepada angka positivity rate, pegangannya itu."
"Kan harus di bawah 5 persen, kita sekarang di angka 1,03 persen. Jadi masih pada posisi terkendali," kata Presiden di Persemaian Rumpin, Kabupaten Bogor, Jumat (10/6/2022), dikutip dari Tribunnews.
Selain positivity rate, laju transmisi Covid 19 juga masih berada pada angka aman.
Meskipun demikian kata Presiden, ia sudah meminta agar kenaikan kasus Covid 19 untuk diwaspadai, terutama setelah libur panjang Idul Fitri 2022.
Baca juga: Update Covid-19 Global 10 Juni 2022: Total Infeksi Covid-19 539,2 Juta Kasus, Total Pulih 512 Juta
"Saya sudah minta untuk diwaspadai ada sedikit kenaikan karena kemarin masalah tiga minggu atau sebulan yang lalu karena kita lebaran. Tapi saya kira kenaikan ini masih dalam posisi terkendali," tuturnya.
Selain itu, presiden juga menekankan pentingnya vaksinasi Covid 19, terutama vaksin penguat atau booster.
Ia meminta masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin lengkap untuk segera mendapatkan vaksinasi booster.
"Oleh sebab itu saya akan tekankan lagi pentingnya booster suntikan ketiga, ini akan kita terus lakukan," pungkasnya.
Menkes Sebut Kenaikan Covid-19 Masih Aman
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, kenaikan kasus Covid-19 dalam 3 pekan terakhir masih tergolong aman.
Ia memaparkan, ada dua indikator untuk melihat kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia.
"Ada dua yang kita lihat, positivity rate masih di bawah 5 persen (standar WHO). Sekarang kita masih di 1,15 persen, paling tinggi Jakarta 3 persen."
"Dan untuk indikator transmisi di WHO, penularan ada 20 per 100 ribu penduduk per minggu," kata Menkes Budi di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (10/6/2022), dikutip dari Tribunnews.
"Kita sekarang masih 1 per 100 ribu penduduk per minggu. Dua indikator transmisi itu kita masih terkontrol," jelas dia.
Baca juga: Ahli Sebut Saat Ini Telah Masuk Fase Transisi Menuju Post Pandemi Covid-19
Budi mengatakan, kenaikan kasus biasanya akan terjadi 27-35 hari setelah perayaan hari besar keagamaan.
Misalnya, perayaan Lebaran lalu yang jatuh pada 2 Mei. Sehingga, kenaikan kasus baru terlihat pada minggu-minggu terakhir ini.
"Lebaran kita kan kemarin 2 Mei enggak naik kasusnya? Ya memang belum naik, karena kenaikannya ada di hari ke 27-35."
"Sekarang terjadi kenaikan, itu pertama normal, setiap hari raya besar pasti ada kenaikan," imbuh mantan wamen BUMN ini.
Lebih lanjut, ia meminta masyarakat tetap waspada dengan menerapkan protokol kesehatan.
Selain itu diharapkan pula, sesegera mungkin melakukan vaksinasi booster.
"Tetap saja kita pakai masker kalau kita di ruangan yang padat dan juga lakukan booster. Imunitas kita masih tinggi dari sero survei di bulan Maret dan kita melihat kenaikan dalam taraf yang aman," ucap dia.
Epidemiolog Sebut Kenaikan Kasus Tak Bisa Dihindari
Di sisi lain, Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan, peningkatan kasus saat ini sedang menghadapi sub varian Omicron seperti BA.4 dan BA.5.
Untuk itu, menurut Dicky, peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia tidak bisa dihindari.
"Dimana lebih efektif dalam menginfeksi. Dan ini terlihat dari angka reproduksi yang hampir mencapai 10."
"Ini menunjukkan jika menemukan kasus infeksi yang meningkat tinggi, sulit dihindari," kata Dicky kepada Tribunnews, Jumat (10/6/2022).
Menurutnya, yang dipahami adalah saat menghadapi satu varian, harus tahu jika lebih efektif bersirkulasi di antara komunitas yang sudah memiliki antibodi.
Baik kekebalan yang terbentuk dari infeksi mau pun vaksinasi.
Baca juga: DPR Ingatkan Pemerintah Jamin Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji di Tengah Kenaikan Covid-19 di Saudi
Namun kita juga melihat bahwa kasus kesakitan masuk rumah sakit dan kematian tidak meningkat di negara yang cakupan vaksinasi dosis tiga sudah memadai.
"Artinya bicara potensi lonjakan sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 ya ada. Tentu kalau bicara kasus infeksi. Tapi sekarang indikator yang lebih tepat dilihat bukan kasus infeksinya," kata Dicky lagi.
Namun, saat ini menurutnya yang menjadi penting untuk diamati adalah kasus keparahan masuk rumah sakit dan angka kematian. Tapi, bukan berarti kasus infeksi dibiarkan.
Infeksi menjadi alarm untuk tidak terlalu longgar. Karenanya PPKM dan protokol kesehatan menjadi penting. Dengan tujuan bisa mencegah kemunculan varian baru.
Di sisi lain Dicky pun mengingatkan jika orang yang terinfeksi bisa mengalami long Covid-19.
Sebab, meski pun telah melakukan vaksinasi, risiko itu tetap ada.
(Tribunnews.com/Maliana/Aisyah Nursyamsi/Rina Ayu Panca Rini/Taufik Ismail)