Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia terus meningkat. Apakah bisa picu gelombang baru covid-19?
Jika semula dilaporan 4 kasus di Bali pada pekan lalu, kini bertambah menjadi 8, serta 12 kasus sedang dianalisa.
Pakar kesehatan FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kondisi ini perlu diwaspadai. Apakah bisa picu gelombang baru covid?
Baca juga: Tidak Hanya untuk Covid-19, PCR Test Punya Peran Penting Deteksi Monkeypox
"Jadi dalam beberapa hari sudah menjadi 20 dari 4 orang awalnya, naik 5 kali lipat," kata dia dalam pesan tertulis yang diterima, Selasa (14/6/2022).
Lebih lanjut ia mengatakan, subvarian tersebut diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang.
Adapun peningkatan kasus tergantung pada dua faktor.
Pertama, proteksi imunitas.
"Ini tergantung cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya untuk tenaga kesehatan kita sudah di booster lebih dari 6 bulan yang lalu" ungkapnya.
Baca juga: Mengenal Varian Omicron BA.4 dan BA.5, Gejalanya hingga Asal Muasal
Kedua, gambaran atau landscape dari gelombang yang terjadi sebelumnya.
"Secara umum memang tidak ada bukti ini lebih parah, tetapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi (dan ICU) pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun," ungkap Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini.
Sejauh ini, masih dikumpulkan data tentang efektifitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada pasien BA.4 dan BA.5.
"Apakah efeknya sedikit menurun atau tetap saja masih diteliti," imbuhnya.
Diketahui, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa atau ECDC meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari variants of interest menjadi variants of concern (VOC) pada 12 Mei 2022.
Subvarian ini pertama ditemukan di Afrika Selatan pada January dan February 2022.
BA.4 and BA.5 adalah bagian dari Omicron clade (B.1.1.529).
Menkes Sebut Kenaikan Kasus Covid-19 Bukan Karena Hari Besar Keagamaan
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan jika perayaan Natal dan tahun baru, beserta hari Raya IdulFitri tahun lalu terjadi kenaikan kasus Covid-19.
Dan menurut pengamatan pemerintah, ini terjadi antara hari ke-27 sampai hari 34.
Berbeda dengan saat ini, Budi menyebutkan pihaknya mengamati kenaikan kasus baru terjadi hari ke 40.
Baca juga: Kemenkes Sebut Satu Bulan Setelah Lebaran, Kasus Covid-19 Mulai Naik
Lalu, Budi menyebutkan jika pemerintah melihat setiap kali terjadi lonjakan di setiap negara, penyebabnya bukan hari raya keagamaan besar.
"Lebih disebabkan karena adanya varian baru. Jadi kenaikan ini memang dipicu oleh adanya varian baru. Ini juga terjadi sama dengan negara luar Indonesia yang hari raya keagmaannya berbeda dengan kita," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Senin (13/6/2022).
Setiap kali varian baru muncul, maka terjadi kenaikan kasus Covid-19.
Di sisi lain Budi menyebutkan jika pemerintah membebaskan tidak memakai masker di luar ruang.
Kata Budi, salah satu kriteria transisi pandemi ke endemi yang paling penting adalah kontrol diri.
Protokol kesehatan menjadi suatu kebiasaan masing-masing masyarakat. Bukan sesuatu yang dipaksakan pemerintah.
"Kalau sudah menjadi kebisaan yang disadari masyarakat, itu menjadi saat yang tepat transisi bisa terjadi. Jadi arahannya kita berikan adalah di luar tidak usah memakai masker," papar Budi lagi.
Sedangkan di dalam ruangan tertutup tanpa ventilasi, dan ruangan ber-AC disarankan memakai masker. Lalu jika di luar ruangan ada kerumunan, ada yang batuk, dan merasa tubuh tidak sehat dianjurkan pakai masker.
"Keputusan tidak paksa karena ini proses pendidikan juga. Dimana tanggung jawab menjaga kesehatan pribadi. Prokes itu menjadi tanggungjawab masing-masing individu," tutupnya.