Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seperlima pasien Covid-19 berpotensi mengalami Long Covid-19.
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebutkan potensi tersebut bisa menjadi masalah serius untuk negara ini.
"Oleh karena itu, upaya atau prinsip mencegah dari pada mengobati itu menjadi harus dipriroitaskan semua pemerintah atau kepala daerah," ungkap Dicky pada Tribunnews, Rabu (6/7/2022).
Sebab, menurut dia, long Covid-19 akan menjadi beban kesehatan atau pembangunan kesehatan diperiode berikutnya.
Baca juga: Ahli Sebut PPKM Masih Penting Sebagai Strategi Pengendalian Covid-19
Dicky menyebutkan situasi ini menjadi tanggungjawab moral dan konstitusi kepala daerah.
Untuk, mengutamakan kesehatan masyarakat perlu dilakukan deteksi dini, protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19. Ditambah pula pemberlakuan aturan PPKM.
Ia pun mendorong agar pemerintah membangun strategi komunikasi risiko yang tepat dan konsisten seiring dengan testing yang masih pasif.
"Kemudian juga upaya meminimalisir potensi penularan dilakukan dengan strategi yang jelas, efektif dan implementatif. Seperti memakai masker di dalam ruangan dan luar ruangan," kata Dicky lagi.
Kedua, untuk memperluas cakupan vaksinasi booster, maka bisa menjadikan konsep insentif bagi yang telah melakukan suntik tiga dosis. Hal ini tentu bisa melindungi diri sendiri dan orang lain dari penularan.
Ketiga dengan mengatur kapasitas di area publik, tidak perlu full sampai 100 persen. Mungkin bisa disesuaikan dengan situasi.
Mereka yang sakit, atau pernah melakukan kontak erat mungkin bisa work from home dulu.
"Upaya implementatif ini terhitung efektif dan tidak menganggu secara signfikan dari sisi pemulihan. Tapi itu akan mengurangi penularan. Ini harus diberlakukan," pungkasnya.